JAKARTA – Rio Indrawan, wartawan Dunia-Energi, dinobatkan oleh dewan juri sebagai juara II Penghargaan Subroto Kategori Wartawan Energi 2019. Rio meraih posisi tersebut setelah tulisannya berjudul “Terus Digenjot, BBM Satu Harga Menuju Seluruh Kecamatan 3T” dimuat Dunia-Energi Minggu, 18 Agustus 2019 dinilai sebagai satu di antara tiga terbaik dari ratusan tulisan yang dinilai dewan juri

Dewan juri lomba dalam rangka Hari Jadi ke-74 Pertambangan dan Energi itu juga menetapkan dua pemenang lainya. Juara pertama diraih Fadhil dari Sindo Batam dengan tulisan berjudul “Keadilan Energi Bagi Warga di Pinggir Negeri”. Juara ketiga diraih Jatmika Haadi Kusmargana dari cendananews.com dengan artikel berjudul “Sumur Bor Dalam Dinilai Paling Tepat Atasi Kekeringan di Gunungkidul.”

Penghargaan kepada para pemenang disampaikan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan pada Malam Penganugerahan Subroto 2019 di XXI Balroom-DjakartaTheater, Jakarta, Jumat (27/9) malam.

Selain Bidang Wartawan Energi, ada sembilan kategori penghargaan yang diberikan, antara lain bidang Efisiensi Energi Nasional, Kepatuhan PNBP Minearl dan Batu bara, Keselamatan Ketenagalistrikan, dan Keselamatan Migas Tanpa Kehilangan Jam Kerja Sebagai Akibat Kecelakaan. Selain itu, kategoi Pengembangan SDM Terbaik, Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Mineral dan Batu bara, dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan Lingkungan (K3LL) Panas Bumi.

Penghargaan Subroto adalah penghargaan tertinggi yang diberikan Kementerian ESDM kepada pemangku kepentingan yang memiliki prestasi luar biasa dalam memajukan sektor ESDM. Tahun ini merupakan kali ketiga penyelenggaraan Penghargaan Subroto. Nama Subroto diambil dari Prof Dr Ir Subroto, Menteri Pertambangan dan Energi periode 1978-1988. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian pekan peringan Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke074 yang diperingati pada Sabtu (28/9).

Rio mengaku mengangkat topi itu karena hampir dua tahun berjalan program BBM satu harga masih menjadi salah satu prgram yang patut diapresiasi sekaligus dikawal implemetasinya. “Melihat kondisi langsung di lapangan, kebutuhan BBM memang sangat krusial bagi masyarakat,” ujarnya.

Di sisi lain, lanjut Rio, pemberitaan tentang implementasi BBM satu harga yang ada setelah hampir dua tahun berjalan berangsur mulai tidak lagi dilirik. Padahal program ini dengan segala tantangannya patut dilanjutkan. Masyarakat perlu tahu sudah sampai mana BBM satu harga disediakan pemerintah melalui penugasan ke badan usaha.

“Dari situ, pengawasan berlapis atas keberlanjutan program BBm satu harga bisa terjadi. Tidak bisa dimungkiri ada beberapa wilayah yang sudah memiliki fasilitas BBM satu harta, setelah beberapa waktu harganya kembali tidak satu harga akibat adanya oknum pengecer,” katanya.(DR)