JAKARTA – Pemerintah menegaskan proyek peningkatan kapasitas kilang baik melalui pengembangan atau revitalisasi maupun pembangunan kilang baru oleh PT Pertamina (Persero) sangat penting dan tetap harus dilanjutkan.

Pada 2026 nanti paling tidak ada enam proyek kilang terdiri dari empat pengembangan kilang eksisting dan dua kilang baru telah rampung.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan Indonesia dalam posisi sangat membutuhkan kilang-kilang tersebut untuk bisa memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri. Proyek kilang di Indonesia tidak hanya  untuk penuhi kebutuhan bahan bakar minyak untuk kendaraan,  tapi juga untuk membuat kilang-kilang yang ada di Indonesia memiliki kemampuan lebih dalam mengolah dan menghasilkan produk turunan minyak.

“Jadi yang penting buat kami adalah bagaimana kilang yang dibangun itu bisa bermanfaat banyak. Efisien dan ini sangat erat kaitannya dengan complexity index atau kemampuan pengolaahn minyak mentah di satu kilang,” ujar Arcandra di Jakarta, akhir pekan lalu.

Arcandra mengatakan saat ini kompleksitas kilang yang dimiliki Indonesia berada di sekitar 4-5. Padahal, apabila melihat kebutuhan minyak jangka panjang kilang mestinya bisa memiliki skor 7 hingga 8.

“Kilang itu persis tungku dapur. Satu tungku itu kalau bisa memproduksi minyak sesuai kebutuhan pasar maka lebih baik,” katanya

Saat ini kilang-kilang yang ada hanya bisa memproduksi satu jenis olahan minyak mentah saja, meski beberapa pengembangan yang dilakukan pada beberapa kilang hanya untuk meningkatkan kualitas minyak olahan.

Menurut Arcandra, Kilang Balongan merupakan salah satu kilang yang bisa memproduksi bensin dengan RON 92 saja. Meski semula hanya bisa memproduksi standar euro 2, kini sudah meningkat menjadi euro 4.

Kilang Cilacap melalui Proyek Kilang Langit Biru (PLBC) membuat kilang yang semula memproduksi minyak dengan standar euro 2 saat ini sudah menjadi standar euro 4 dengan produksi bensin seperti Pertamax Turbo. Dalam dokumen roadmap proyek kilang Pertamina yang  disampaikan ke  Kementerian ESDM, nantinya kilang  akan memiliki kompleksitas tidak hanya 8 tapi mencapai 9.

“Maka kilang-kilang indonesia yang revamping atau RDMP itu tujuannya untuk meningkatkan kualitas juga meningkatkan complexity index agar bisa olah crude yang lebih beragam sesuai permintaan market,” kata Arcandra.

Kapasitas pengolahan kilang Pertamina ditargetkan meningkat dari saat ini sebesar 1 juta barel per hari menjadi 3 juta barel per hari.  Ini didapatkan dari penambahan kapasitas di kilang  Cilacap menjadi 370 ribu barel per hari (bph) dari sebelumnya 348 ribu bph. Kemudian kilang Balikpapan sebelumnya 260 ribu bph menjadi 360 ribu bph.

Lalu kilang Dumai semula 140 ribu bph menjadi 300 ribu bph dan kilang  Balongan menjadi memiliki kapasitas 240 ribu bph. Selain itu juga ada tambahan dua kilang baru yakni kilang Tuban memiliki kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu bph serta kilang Bontang 300 ribu bph.

Sementara untuk indeks kompleksitas akan berubah dari 4-4 menjadi 9. Artinya kilang-kilang Pertamina akan mampu menghasilkan berbagai macam produk turunan minyak mentah tidak hanya bahan bakar tapi juga petrokimia seperti polyethylene, propylene, paraxylene, benzene  dalam kapasitas yang lebih besar.(RI)