JAKARTA – Holding perusahaan tambang yang tergabung dalam Mineral Industry Indonesia (MIND ID) mencatatkan utang gabungan empat perusahaan yang dipimpin PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) bersama anggota holding,  PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Freeport Indonesia mencapai lebih dari Rp100 Triliun.

Orias Petrus Moedak, Direktur Utama MIND ID, mengatakan posisi utang berbunga hingga saat ini sebesar Rp100,387 triliun. MIND ID juga mencatat kas per Juni 2020 mencapai Rp43 triliun.

Menurut Orias, utang MIND ID melonjak  pasca mengakuisisi Freeport Indonesia. Meskipun besar, MIND ID menjamin tidak ada kendala berarti dalam pembayaran utang jatuh tempo.

“Secara cash pembayaran kembali utang posisi aman. Enggak ada masalah,” kata Orias dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Selasa (29/9).

MIND ID juga memastikan pembayaran utang jatuh tempo terdekat sebesar US$500 juta tidak akan terkendala.

MIND ID sebelumnya dinilai melakukan gali lobang tutup lobang dalam pembayaran utang. Inalum sudah merogoh kocek cukup dalam sebesar US$3,85 miliar untuk mengakuisisi saham Freeport Indonesia dari Freeport McMoRan Inc.

Dana akuisisi saham perusahaan tambang yang beroperasi di Papua itu berasal dari penerbitan surat utang atau global bond sebesar US$4 miliar dengan tenor bervariasi antara 3 tahun,5 tahun,10 tahun dan 30 tahun.

Untuk membayar utang-utang yang jatuh tempo Inalum kemudian menerbitkan kembali obligasi sebesar US$2,5 miliar pada Mei 2020. Obligasi global tersebut terdiri dari tiga masa jatuh tempo sebagai berikut:
– Senilai US$1 miliar dengan tingkat kupon sebesar 4,750% dan tenor hingga 2025;
– Senilai US$1 miliar dengan tingkat kupon sebesar 5,450% dan tenor hingga 2030; dan
– Senilai US$500 juta dengan tingkat kupon sebesar 5,800% dan tenor hingga 2050.

Orias sebelumnya mengatakan setelah menerbitkan global bond tahun ini, kebutuhan dana holding dan anak usahanya sudah terpenuhi. Selain itu dalam waktu dekat juga tidak akan dilakukan penerbitan obligasi lagi lantaran rasio utang MIND ID sudah tinggi.

“Jadi sesudah 2021 atau 2023 baru terbitkan bond lagi. Sekarang rasio sekitar 7,5. Untuk mengurangi itu, EBITDA meningkat atau utang diturunkan. Kami targetkan 5 atau di bawah 5 (rasio),” kata Orias.(RI)