Lapangan Balongan

Fasilitas Pertamina EP di Cirebon.

CIREBON – PT Pertamina EP mengutuk keras unjuk rasa sejumlah massa yang menamakan diri LSM SBI-KASBI, karena berlangsung anarkis hingga melukai karyawan dan merusak fasilitas anak usaha PT Pertamina (Persero) itu di Jatibarang, Cirebon, Jawa Barat.

Dalam aksi yang berlangsung pada Rabu, 3 Oktober 2012 itu, sekelompok oknum pengunjuk rasa mematikan sejumlah fasilitas produksi minyak dan gas (migas) serta melakukan pemblokiran dan pengrusakan. Akibatnya kegiatan operasi migas di Lapangan Jatibarang Barat dihentikan sementara.

Aksi anarkis itu juga mengakibatkan enam korban luka akibat pemukulan. Korban terdiri dari empat petugas Pertamina EP, dan dua sopir kendaraan operasional mitra Pertamina, yang mendapat pukulan di sekitar kepala serta perut.

Kekerasan di fasilitas produksi Lapangan Jatibarang itu, berawal dari pemblokiran jalan menggunakan alat berat, yakni 1 unit crane, 2 unit trailer, 1 unit truk tanki, dan 1 unit vacuum truck di SPU-A. Lalu oknum pengunjuk rasa mematikan kompresor dan CCTV di stasiun pengumpul  tersebut, serta memukul dua orang petugas Pertamina EP yang berada di tempat.

Selanjutnya, massa sejumlah sekitar 300 orang mematikan kompresor di NFG Mundu dan kompresor Pertagas, serta menghajar pekerja Pertamina EP yang bertugas. Massa yang beringas kemudian bergerak ke kantor Pertamina EP  di Mundu.

Di Mundu, massa memblokir 4 pintu gerbang menggunakan 4 unit trailer dan 1 unit vacuum truck. Pada pukul 10.00 WIB massa mendatangi SPU-B dan mematikan CCTV, serta memukul dua orang pengemudi.

Esoknya, Kamis, 4 Oktober 2012, sekitar 250 orang memaksa 11 unit trailer yang membawa casing dan tubing untuk keperluan Pertamina EP, berganti haluan ke Balongan untuk menutup akses pintu masuk ke Pertamina RU VI.

Akibat aksi brutal itu, Pertamina EP terpaksa menghentikan sementara operasi migas di Jatibarang, dengan mematikan pasokan gas dari Stasiun Pengumpul di Randegan. Aktivitas sejumlah sumur produksi, serta operasi pasokan air terproduksi dari Balongan dan seluruh aktivitas di water treatment plant, terpaksa juga dihentikan .

Manager Humas Pertamina EP, Agus Amperianto mengungkapkan, akibat unjuk rasa anarkis LSM SBI-KASBI itu, kerugian yang ditimbulkan mencapai 1.516 barel minyak per hari, akibat terhentinya operasi.

Agus menuturkan, fasilitas migas termasuk yang dimiliki Pertamina di Jatibarang, merupakan Objek Vital Nasional yang  dilindungi Negara. Maka dari itu, ia meminta dukungan serius aparat kepolisian untuk melindungi fasilitas-fasilitas tersebut, karena kerusakan yang ditimbulkan adalah kerugian negara.

(Abraham Lagaligo / duniaenergi@yahoo.co.id)