JAKARTA – Pemerintah bakal mengubah strategi untuk mempercepat peningkatan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) di sektor ketenagalistrikan. Ke depan pemerintah bakal melakukan lelang proyek EBT dalam skala besar tidak lagi seperti sekarang yang masih banyak didominasi proyek EBT berskala kecil.

Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menjelaskan pemerintah melihat dalam transisi energi ada tiga blok yakni ketenagalistrikan, transportasi dan kehutanan. Permintaan untuk EBT di sektor ketenagalistrikan ini menurut dia sudah mulai meningkat sehingga sangat dimungkinkan untuk menawarkan proyek EBT berskala besar.

“Transisi renewable energy tantangan dua terkait demand dan suplai, tapi demand sudah mulai pick up. Ini kita bisa mulai lakukan bidding skala besar untuk renewable 2024. untuk renewable kita ingin melakukan biding nggak dalam skala kecil, dalam skala besar yakni 50 Megawatt (MW), kita ingin bikin blok bidding 1 gigawatt (GW) ,2 GW,” jelas Kartika dalam Seminar Nasinal Outlook Perekonomian Nasional di Jakarta, Jumat (22/12).

Dengan menawarkan proyek berskala besar maka target EBT juga bisa cepat tercapai. Namun demikian lelang proyek EBT berskala jumbo juga punya tantangan tersendiri yaitu di pendanaan.

“Misalnya solar panel atau hydro itu pembiayaan dalam skala besar dengan jangka panjang dan tentunya dalam US dollar dan ini dalam negeri belum ada sumber pendanaan US dollar dalam ready untuk jangka panjang,” ungkap Kartika.

Untuk itu sangat penting bagi Indonesia untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai institusi internasional yang biasa mendanai proyek-proyek energi hijau. Indonesia sendiri sudah terlibat dalam pembiayaan energi bersih itu sebagai penerima di program Just Energy Transition Partnership (JETP).

“Kita memang harus bisa meng-enggage International multilateral organization sesuai dengan skema JETP dan sebagainya agar ada pool of fund jangka panjang,” kata Kartika.