JAKARTA – Proses penetapan partner PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata akhirnya diubah. Masdar, anak usaha Mubadala asal Uni Emirat Arab yang fokus bergerak di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) tidak lagi dipastikan menjadi partner.

Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan PT PLN (Persero) akhirnya akan mengubah skema penetapan partner PLTS. Ini dilakukan untuk memastikan good corporate governance (GCG) dalam proses penetapan badan usaha pengembang pembangkit.

“Sudah ditetapkan, jadinya beauty contest. Pemilihan langsung, bukan lagi penunjukkan langsung,” kata Rida  di Kementerian ESDM, Senin (3/12).

Menurut Rida, nantinya dalam proses pemilihan akan dilakukan dengan skema right to match. Apabila ada perusahaan yang memiliki penawaran lebih baik dibanding Masdar, maka perusahaan itu yang akan dinyatakan sebagai pemenang dan berhak menjadi partner PJB.

“Right to match, dicari yang terbaik. Jadinya siapa yang bisa lebih baik dari Masdar,” tukas Rida.

PLTS Cirata ditargetkan rampung  dimedio 2021 hingga 2022. Untuk bisa mengejar target tersebut maka konstruksi paling lambat harus dilakukan pada 2019.

Masdar sempat ditunjuk sebagai partner PJB sebagai kelanjutan dari kerja sama dan kesepakatan government to government antara pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab. Namun skema tersebut justru membuat Masdar dan PLN tidak nyaman, karena ada anggapan penunjukkan tidak sesuai dengan GCG. Apalagi dengan mencuatnya kasus PLTU Riau 1 dalam proses penetapan pengembang dan pemasuk batu bara.

Supangkat Iwan Santoso, Direktur Pengadaan Strategis PLN, mengatakan yang akan melakukan beauty contest nantinya adalah PJB. Dalam proses tersebut minimal harus diikuti tiga perusahaan.

Supangkat mengklaim sudah ada beberapa perusahaan kelas dunia yang berminat mengikuti proses pemilihan partner PJB untuk pembangunan PLTS terapung pertama di Indonesia, antara lain dari Korea Selatan dan China. “Ada lah bagus-bagus yang kelas dunia,” kata dia.

PLTS yang diproyeksikan berkapasitas total 200 megawatt (MW) itu akan menelan investasi US$300 juta. Pembangunan PLTS Cirata berpotensi besar akan molor, padahal tadinya untuk tahap I PLTS Terapung Cirata sebesar 50 MW dan ditargetkan beroperasi komersial (Commercial Operation Date/COD) pada kuartal II  2019. Pada tahap 2 hingga 4 sebesar 150 MW direncanakan COD pada kuartal I 2020.

Supangkat menegaskan pemilihan mitra akan ditetapkan awal tahun depan. “Kuartal pertama tahun depan (penetapan parner),” tandas Supangkat.(RI)