TANJUNG SEKONG – PT Pertamina International Shipping (PIS) akan memulai bisnis baru di sektor perkapalan dengan terjun ke angkutan LNG melalui kepemilikan kapal sendiri. Untuk inisiasi awal nantinya pengadaan kapal angkut LNG akan melayani kebutuhan domestik.

Muhammad Irfan, Direktur Armada PIS, mengungkapkan tahun depan PIS akan berinvestasi untuk pengadaan kapal dengan skema pembelian kapal yang telah beroperasi dengan menggandeng mitra.

“Salah satu opsinya kita chip in itu kaya saya ikut beli, mempunyai kapal, kaya patungan tapi untuk yang sudah punya,” kata Irfan ditemui di Terminal LPG Tanjung Sekong, Minggu (25/12).

Menurut dia skema pengadaan kapal ini ditempuh untuk mensiasati tingginya harga kapal kargo LNG baru. “Kita mau satu kapal untuk ukuran modern size sekitar 170 ribu m3, kalau saat ini harganya itu new building kurang bersahabat. Satu kapal bisa di atas US$200 juta, sewa pun kalo LNG itu biasanya long term contract, sangat sulit cari pasar,” jelas Irfan.

Lebih lanjut nantinya kapal LNG milik Pertamina itu mengangkut LNG untuk memenuhi kebutuhan gas kilang Cilacap yang juga termasuk dalam program gasifikasi Pertamina. “Kami berencana tahun 2023 akan masuk di LNG untuk kepentingan kita sendiri di RU IV Cilacap, itu untuk gasifikasi,” ungkap Irfan.

Selain untuk kilang, menurut Irfan juga ada program gasifikasi pembangkit listrik PLN juga bakal membutuhkan ketersediaan kapal kargo LNG. Untuk itu Irfan mengakui pengadaan kapal kargo LNG berskala kecil (smale scale LNG) sangat krusial.  Ada 26 pembangkit listrik dengan total kapasitas mencapai 1.018 MW dan alokasi gas yang dibutuhkan 72,32 BBTUD yang masuk dalam program gasifikasi pembangkit. Kemudian ada tujuh Pembangkit Listrik bertenaga gas yang baru dibangun. Seluruhnya berada di wilayah Indonesia bagian timur dengan kapasitas 180 MW dan gas yang dibutuhkan 11,42 BBTUD.

Sehingga total keseluruhan pembangkit listrik yang masuk dalam penugasan Pertamina dan PLN untuk disediakan LNG dan menjadi berbahan bakar LNG atau gas di aturan baru ini berjumlah 33 pembangkit dengan kapasitas 1.198 MW dan kebutuhan gas 83,74 BBTUD.

Salah satu tantangan untuk memiliki kapal baru menurut Irfan pada saat ini masalah bahan baku. Tingginya harga komoditas mineral yang merupakan bahan baku utama pembuatan kapal seperti baja dan nikel langsung berdampak pada mahalnya harga kapal.

“Tentu kita berharap tahun 2023 situasi ekonomi jauh lebih baik harga baja dan nikel terkendali sehingga harga kapal bisa lebih turun kita akan masuk untuk new building (bangun kapal baru),” ujar Irfan. (RI)