JAKARTA– PT SIMS Jaya Kaltim, anak usaha PT Samindo Resources Tbk (MYOH), perusahaan penyedia jasa pertambangan batu bara terintegrasi di Indonesia, memberikan kontribusi US$ 79,4 juta, atau setara Rp 1,13 triliun (kurs Rp 14.200), atau 71% terhadap pendapatan induk usaha sepanjang semester I 2018 sebesar US$ 111,82 juta. Sisa pendapatan Samindo dikontribusi oleh tiga anak usaha yang lain, yaitu PT Transindo Murni Perkasa dan PT Samindo Utama Kaltim sebesar 28% atau sekitar US$ 31,3 juta dan PT Mintec Abadi 1% atau setara US$ 1,12 juta.
Sepanjang semester I 2018, Samindo berhasil menutup semester I 2018 dengan pencapaian yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan dari kinerja keuangan perusahaan yang sangat positif, terbukti dari peningkatan laba bersih sebesar 139% menjadi US$ 13,23 juta dari sebelumnya US$ 5,54 juta (year-on-year/yoy).
“Peningkatan laba bersih Samindo pada periode Januari-Juni 2018 ditopang kenaikan pendapatan sebesar 30% dari US$ 86,32 juta menjadi US$ 111,82 juta (yoy) dan juga kegiatan efisiensi pada berbagai lini bisnis perusahaan,” ujar Presiden Direktur Samindo Resources Kim Jung Gyun di Jakarta, Selasa (28/8).
Sepanjang Januari-Juni 2018, Samindo mencatatkan pemindahan lahan atau overburden removal sebesar 25,4 juta bcm dari target tahun ini sebesar 54,5 juta bcm. Sementara itu produksi batubara atau coal getting 4,4 juta ton dari proyeksi 10,7 juta ton karena ada masalah di subkontraktor yang kini sudah tertangani dengan baik.
“Dengan melihat kinerja operasional dan keuangan sepanjang semester I 2018, manajemen Samindo optimistis sepanjang 2018 dapat membukukan pendapatan sebesar US$ 250 juta dan net profit sebesar US$ 22 juta,” jelas dia.
Kim mengatakan, sejak awal 2018 manajemen Samindo telah memberikan arahan kepada seluruh karyawan terkait potensi tantangan dan ancaman yang mungkin terjadi sepanjang tahun ini. Kenaikan harga harga bahan bakar minyak (BBM) yang telah dimulai dari akhir 2017 menjadi ancaman utama, terlebih bahan bakar merupakan komponen utama dalam kegiatan pertambangan. “Kenaikan harga BBM juga berpotensi memicu kenaikan pada komponen biaya lainnya, seperti subkontraktor dan biaya suku cadang,” katanya.
Memasuki kuartal II 2018, tambah Kim, naiknya nilai tukar rupiah hingga mendekati Rp14.500 per dolar AS memberikan pengaruh. Hal tersebut disebabkan pendapatna perseroan dicatat dalam rupiah. Ini artinya perseroan akan mencatatkan kerugian kurs akibat dari tertekannya nilai tukar rupiah.
“Kami telah melakukan beberapa langkah antisipasi untuk meredam berbagai potensi ancaman kenaikan biaya, terutama yang berkaitan dengan kegiatan operasional,” katanya.
Dia menegaskan, perseroan fokus untuk mengurangi idle time selama kegiatan demi menghemat jumlah bahan bakar yang dikonsumsi. Perseroan juga secara berkala melakukan pemeliharaaan jalan tambang dan pengukuran kemiringan jalan untuk mempermudah laju kendaraan. Hal tersebut terbukti berhasil menghemat jumlah bahan bakar yang digunakan, hingga 200 ribu liter.
Dari sisi non-operasional, meskipun porsinya tidak mendominasi perseroan juga menghemat biaya operasi (operation expenditure/opex). Indikasi tersebut terlihat dari porsi opex yang relatif tetap terhadap pendapatan, meskipun secara nilai ada kenaikan. Hal tersebut disebabkan beberapa biaya turun seperti biaya perjalanan dinas.
Sejak beberapa tahun ke belakang. Samindo juga telah mengurangi
jumlah pinjaman bank. Pada tiga tahunlalu utang Samindo mencapai US$ 48 juta. Saat ini jumlah utang bank perseroan hanya sebesar US$ 10 juta, sedangkan jumlah kas perseroan hampir dua kali dari jumlah utang bank.
“Kami berusaha menjaga komitmen untuk memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham. Karena itu kami sangat memperhatikan margin profitabilitas. Selain itu, kami juga selalu berusaha menekankan pentingnya menciptakan proses kerja yang efisien dan efektif,” jelas Kim.
Samindo Resources adalah investment holding company dengan kompetensi inti dalam penyediaan jasa pertambangan batubara dalam hal pemindahan lahan (overburden removal) dan produksi batubara (coal getting), pengangkutan batubara (coal hauling) dan pemetaan geologi dan pemboran (geological mapping and drilling). Sebagai investment holding company, Samindo menjalankan keempat kegiatan produksi tersebut melalui empat anak perusahaan yaitu SIMS Jaya Kaltim, Trasindo Murni Perkasa, Samindo Utama Kaltim, dan Mintec Abadi. (DR)
Komentar Terbaru