JAKARTA – Petronas jadi salah satu perusahaan yang cukup agresif di industri hulu migas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Puncaknya adalah pada tahun ini ketika bersama PT Pertamina (Persero) mengakuisisi hak partisipasi atau Participating Interest (PI) Shell di blok Masela. Agresifitas Petronas terus berlanjut. Ada dua wilayah yang kini dibidik oleh BUMN-nya Malaysia itu.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan dua wilayah yang dibidik oleh Petronas tersebut terletak di timur Indonesia. “Dia (Petronas) tertarik, di sana kan ada West Papua dan Aru,” kata Tutuka ditemui di Kementerian ESDM (8/8).

Menurut Tutuka, Petronas bakal mengajukan joint study di sekitar dua wilayah tersebut. Baru kemudian jika memang prospektif akan diajukan dalam lelang penawaran langsung. “Itu masih diproses. joint study, karena dulunya itu kan Repsol,” ungkap Tutuka.

Sebelumnya, Yuzaini Bin Md Yusof, Presiden Direktur Petronas Indonesia, saat penyelenggaraan IPA Convex 2023 beberapa waktu lalu menuturkan Petronas masih meyakini dengan potensi besar di wilayah Indonesia Tmur karena itu Petronas terlihat sangat agresif. Salah satunya yang baru saja ditandatangani bersama dengan Pertamina untuk masuk di proyek Masela.

Pemerintah telah menetapkan lima fokus area untuk dieksplorasi lebih lanjut, dan semuanya berada di wilayah Indonesia timur seperti Buton, Arafura, Seram, Warim, dan Timor yang meliputi 12 cekungan potensial.

Potensi di lima area yang sudah dipetakan pemerintah sangat mebutuhkan kebijakan fiskal atraktif dan skema keeknomian yang tepat pasalnya jumlah potensi cadangannya juga tidak main-main. Berdasarkan data SKK Migas untuk Buton cadangannya 1 BBO dan 4 TCFG. Seram 8 BBOE, Aru 6 BBO dan 50 TCFG, Warim 34 BBOE serta Timor 5 BBOE.

Menurut Yuzaini berdasarkan data IHS 2023 menunjukkan jumlah pemboran eksplorasi di Indonesia Timur jauh lebih sedikit dibandingkan di Indonesia Barat. Akan tetapi secara volume, temuan cadangan di Indonesia timur volumenya lebih besar.

“Sumurnya sedikit di timur tapi temuan volumenya lebih besar. Dominan memang gas. Asap Kido Merah contohnya, sementara beberapa temuan-temuan kecil ada di indonesia bagian barat,” ungkap dia.

untuk kembangkan Indonesia timur perlu banyak inisiatif, salah satunya dari sisi penyediaan infrastruktur.

“Akses market juga penting, infrasktuktur di timur berbeda dengan di Indonesia bagian barat. Kalau di barat sudah ada bahkan tersambung ke Singapura, ada juga ke Pulau Jawa. Sementara di timur sedikit infrastuktur, hanya dihubungkan oleh LNG. Sementara market juga belum ada, belum banyak industri di sana (Indonesia timur),” jelas Yuzaini.

Selain itu ketersediaan data dan penggunaan teknologi juga menjadi kunci keberhasilkan eksplorasi terutama di bagian Timur. Seperti yang dilakukan Petronas di sumur Hidayah, Yuzaini menjelaskan teknologi menjadi kunci penting dalam perburuan cadangan migas di Indonesia bagian Timur.

“Paling penting lihat data dan teknologi, Hidayah discovery, sebelum drill dieksekusi, kita lakukan eksplorasi dan selesaikan seismik dengan teknologi terbaru,” kata Yuzaini. (RI)