JAKARTA – Setelah merampungkan regulasi guna mendukung perluasan penggunaan biodiesel, pemerintah kembali membidik jenis bahan bakar nabati (BBN) lain untuk dicampur BBM jenis gasoline, yakni etanol.

Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), meminta jajarannya serta seluruh stakeholder bisa terus mengembangkan etanol sebagai bahan bakar alternatif. Bahkan pemerintah tidak keberatan apabila keran impor etanol dibuka dengan catatan harus ada implementasi penggunaan yang jelas.

“Kalau misalnya pemerintah mengizinkan impor etanol dicampur. Misal harganya, ya belom dihitung sih. Tapi misalnya E20, selesai bauran energi,” kata Jonan disela IndoEBTKE ConEx 2018 di Jakarta, Rabu (29/8).

Dia menuturkan distribusi B20 akan diperluas pengunaannya, tapi itu juga tidak maksimal memberi kontribusi bauran energi baru terbarukan (EBT) di energi mix. Padahal sektor transportasi bisa menjadi sektor yang mampu membuat kontribusi EBT jadi yang terbesar.

Saat ini rata-rata konsumsi gasoline  sekitar 15 juta- 17 juta kiloliter (KL) per tahun. Apabila jumlah sebesar itu dicampur etanol maka jumlah kontribusi EBT dalam bauran energi akan jauh lebih signifikan. Sayang pasokan etanol sejauh ini masih kurang optimal.

“Untuk gasoline, mestinya dicampur etanol. Ada casava, lira, jagung dan lainnya, nah etanol ini campurannya masih kurang,” ungkap Jonan.

Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menyebutkan bauran EBT  dipatok sebesar 23% dari energi mix Posisi sekarang bauran energi baru 10% apabila sektor transportasi berikut etanol diimplementasikan bisa bauran seharusnya menjadi 20%, namun penggunaan etanol masih sangat minim digunakan.

Kekurangan tersebut berimbas terhadap realisasi energy mix karena penggunaan B20 tidak diiringi etanol. “Jawa Timur dua persen, Sulawesi berapa itu. Itu terlalu kecil. Kalau B20 jalan, tapi bensin enggak jalan ya hanya 15% total di BBM,” kata Jonan.(RI)