JAKARTA – Seorang santri, M Kholid Syeirazi, meluncurkan buku yang bertemakan tentang sektor migas di Indonesia berjudul Senjakala Industri Migas? Migas dan Pembangunan Indonesia 1899-2023, di Jakarta, kemarin. Sebagian besar materi dari buku tersebut berasal dari disertasinya saat menyelesaikan Program Doktor di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI).
“Buku ini adalah hasil pergumulan dan tirakat intelektual yang panjang. Sumber utamanya dari disertasi saya. Lewat buku ini setidaknya menjadi jejak saya pernah sekolah,” tutur putera dari KH Syaerozi Sya’rani tersebut, saat peluncuran buku.
M Kholid Syeirazi (duduk paling kanan) meluncurkan buku bertema industri migas dan Pembangunan Indonesia, di Jakarta, kemarin, yang sebagian besar bahannya diambil dari disertasinya saat S3 di UI. (Foto: LH/DE)
Dia menjelaskan sektor migas mengalami tantangan yang besar dimana secara alamiah produksinya terus menurun. Sementara di sisi lain, permintaan terhadap migas terus naik sehingga untuk menutup kekurangannya dibutuhkan impor. Peningkatan konsumsi migas berupa BBM dan Elpiji manyebabkan pemerintah mengeluarkan anggaran subsisi energi yang sangat besar.
“Bahkan, angka subsidi energi yang dikeluarkan pemerintah melebihi pendapatan dari sektor migas,” tutur Sekretaris Jenderal PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) tersebut.
Namun, Kholid menyatakan buku yang dia susun tersebut hendak mengingatkan Indonesia masih punya kesempatan untuk membenahi sektor migasnya. “Industri migas belum gulung tikar. Transisi energi bukan berarti industri migas telah kiamat. Senjakala industri migas terjadi bukan karena cadangannya, tetapi tata kelolanya. Cadangan dan produksi bisa naik dengan perbaikan tata kelola. Revisi UU Migas tidak boleh ditunda lagi,” tegasnya.
Kholid selama ini dikenal sebagai pemerhati kebijakan energi dan pertambangan. Dari usahanya menekuni sektor tersebut, dia telah menerbitkan sejumlah buku, dimana empat di antaranya diterbitkan oleh LP3ES yaitu Di Bawah Bendera Asing: Liberalisasi Industri Migas di Indonesia (2009), Kebangkitan Indonesia 1945-2045 (ed) (2013, Tata Kelola Migas Merah Putih (2018), dan Senjakala Industri Migas? Migas dan Pembangunan Indonesia 1899-2023 (2025).
Dalam rangkaian peluncuran buku tersebut digelar diskusi dengan menghadirkan narasumber Direktur Perencanaan Strategis, Portofolio dan Commercial PT Pertamina Hulu Energi Edi Karyanto dan Praktisi Migas Benny Lubiantara.
Benny mengatakan buku tersebut secara komprehensif membahas tata kelola hulu migas, energi transisi, dan dampaknya bagi kecenderungan hulu migas ke depannya sehingga sangat relevan dengan kondisi sektor migas saat ini. “Buku ini dapat dipertimbangkan menjadi salah satu acuan dalam desain kelembagaan dan fiskal dalam meningkatkan daya tarik investasi migas di Tanah Air,” katanya.(LH)




Komentar Terbaru