JAKARTA – PT Samindo Resources Tbk (MYOH), emiten penyedia jasa pertambangan batu bara terintegrasi di Indonesia, merealisasikan US$10 juta atau sekitar Rp142 miliar (kurs Rp14.200 per dolar AS) atau sekitar 56% dari total belanja modal perusahaan tahun ini US$ 17,8 juta. Seluruh belanja modal yang terserap hingga akhir April 2019 tersebut adalah pembelian alat-alat berat untuk aktivitas pemindahan batuan penutup.

Ahmad Saleh, Direktur Independen Samindo Resources, mengatakan perusahaan telah memulai proses pembelian alat-alat berat sejak awal 2019. Pada Maret 2019, sebanyak lima unit dump truck telah lebih dulu beroperasi. “Sisanya baru mulai beroperasi awal Mei ini,” ujar Saleh di Jakarta, Jumat (10/5) malam.

Menurut Saleh, total dump truck yang dibeli Samindo sebanyak 10 unit dengan kapasitas 100 ton per kendaraan. Kesepuluh dump truck telah beroperasi seluruhnya sejak awal Mei lalu. “Adanya penambahan kendaraan ini otomatis menambah jumlah dump truck yang dimiliki perusahaan menjadi 143 unit,” katanya.

Menurut Saleh, dampak dari penambahan alat berat tampak dari volume produksi batuan penutup. Hingga kuartal I 2019, volume produksi batuan penutup mencatat kenaikan 1,2%. Pada 2019, perusahaan memproyekskan volume batuan penutup mencapai 58,1 juta bcm atau naik 6,4% dibandinkan volume batuan penutup yang dihasilkan pada 2019.

“Selain dump truck, sisa dari belanja modal akan dialokasikan unuk pembelian alat-alat penunjang seperti slurry pump dan water tank. Alat-alat penunjang tersebut diharapkan meningkatkan produktivitas pada kegiatan pemindahan batuan penutup,” katanya.

Ahmad Zaki Natsir, Head of Investor Relations Samindo Resources, menambahkan sejak dua tahun terakhir perusahaan aktif menambah alat-alat berat. Selain untuk memenuhi target yang telah ditetapkan, penambahan tersebut dimaksudkan untuk membuka peluang perusahaan mendapatkan kontrak-kontrak baru.

“Tidak hanya untuk aktivitas pemindahan batuan penutup, untuk meningkatkan kualitas layanan kami juga mengalokasikan dana untuk aktifitas pengangkutan batu bara dan pemboran eksplorasi,” katanya.

Zaki menjelaskan, sepanjang 2019 perusahaan menargetkan pendapatan sebesar US$280 juta, naik 16,13% dari realisasi tahun sebelumnya sebesar US$241,11 juta. Kenaikan pendapatan tersebut diproyeksikan ditopang dari kegiatan organik atau volume produksi yang meningkat pada tahun ini.

Sementara itu, laba bersih yang diproyekskan tahun ini sebesar US$23 juta pada 2019, lebih rendah dari realisasi tahun sebelumnya sebesar US$30,92 juta. Zaki berharap, kenaikan pendapatan dan laba berasal dari aktivitas organik, bukan tambahan pendapatan seperti di 2018.

“Kami memperoleh tambahan cukup besar karena kompensasi bahan bakar dan jarak. Rata-rata jarak pengangkutan untuk aktifitas overburden removal cukup meningkat dari rata-rata 4,5 km, pada beberapa bulan sempat menjadi 7,5 km dari lokasi tambang ke dump area,” katanya.

Tahun ini Samindo mengincar volume pemindahan batuan penutup sebesar 58,1 juta bcm dan produksi batu bara sebesar 10,8 juta ton pada 2019. Hingga kuartal I 2019, volume pemindahan batuan penutup mencapai 12,8 juta bcm, sedangkan produksi batu bara sebesar 3,1 juta ton.

Perseroan menargetkan volume overburden removal dan produksi batu bara dapat tercapai separuh dari target 2019. Optimisme ini seiring dengan curah hujan yang mulai berkurang pada kuartal II 2019, dibandingkan dengan kuartal I. “Curah hujan pada Maret cukup tinggi sehingga menjadi kendala untuk menambang,” kata Saleh.

Dia menyebutkan, perseroan tengah mengincar kontrak baru dari lokasi tambang di Jambi seiring dengan perseroan yang memperoleh izin usaha di luar Kalimantan Timur. Potensi volume produksi batu bara itu sebesar 1 juta-2 juta ton per tahun. (DR)