BENGKALIS – Kebakaran hutan dan lahan gambut beberapa tahun silam menjadi wajah daerah Riau dalam pemberitaan media massa nasional. Ribuan titik api muncul dalam radar dan Sebagian besar wilayah itu tampak putih tertutup asap. Transportasi, terutama angkutan udara, terhambat. Anak-anak sekolah terpaksa tinggal di rumah karena jalanandan lingkungan sekitar tidak aman. Jutaan masyarakat terancam kesehatannya akibat menghirup udara kotor.

Bencana tersebut, ditambah dengan sikap abai masyarakat terhadap kelestarian lingkungan, mengakibatkan hutan dan lahan gambut mengalami degradasi. Termasuk hutan mangrove yang membelit dan menjaga pantai dari abrasi. Jika pun muncul kesadaran seorang atau sekelompok masyarakat guna menyelamatkan lingkungan sekitar, langkah mereka kerap terkendala oleh kapasitas kemampuan dan pendanaan. Akibatnya, kerusakan ekosistem darat dan pesisir gambut terus terjadi. Tak hanya itu. Sungai yang menjadi sumber kehidupan pun kualitas airnya memburuk.

Kondisi tersebut di atas terjadi di Kabupaten Bengkalis.  PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) II Sei Pakning tergerak untuk mengatasi problema tersebut. Lahirlah program corporate social responsibility (CSR) bernama Permata Hijau Pesisir Gambut. Berkat program jangka pajang tersebut, kini tiada lagi kebakaran lahan gambut.

“PT KPI RU Sei Pakning berupaya untuk membuat inovasi program CSR berdasarkan permasalahan yang ditemui di lapangan sehingga hasilnya bisa memberikan dampak besar bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Pertamina memiliki program CSR terkait pengelolaan lahan gambut. Hal ini juga sejalan dengan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) yang diterapkan di PT KPI,” tutur Manager Produksi Pertamina RU II Sei Pakning, Antoni R Doloksaribu, saat menerima kunjungan media, beberapa waktu lalu.

Program Permata Hijau Pesisir Gambut terdiri dari tiga klaster. Pertama, revitalisasi dan konservasi kawasan mangrove pesisir gambut yang terdiri dari aktivitas penanaman, pembibitan dan pengelolaan kawasan hutan mangrove, perikanan air payau, dan pengembangan ekowisata Mangrove Education Center (MEC). MEC yang berdiri di Desa Pangkalan Jambi yang dikelola Kelompok Harapan Karya Bersama dijadikan sebagai tempat implementasi konservasi keanekaragaman hayati ekosistem mangrove dan untuk edukasi masyarakat, serta pelestarian flora dan fauna. Adapun Kawasan mangrove Desa Tanjung Leban sebagai wilayah konservasi pesisir.

Ketua Kelompok Harapan Kaya Bersama, Alpan, menuturkan sejak awal 2000 dia dan beberapa nelayan mulai menyadari hebatnya abrasi yang menggerus bibir pantai Pangkalan Jambi.  Desa Pangkalan Jambi merupakan desa yang mengalami abrasi cukup tinggi. Garis pantai yang ada di desa  itu mengalami kemunduran sejauh 115 meter akibat pohon-pohon mangrove yang dahulu tumbuh rimbun habis dibabat penduduk sekitar. Pada 2004, selepas melaut mereka mulai menanam kembali pohon mangrove namun tidak terlalu berhasil karena bibit-bibit pohon yang ditanam sebagian besar tersapu ombak.  “Lalu Pertamina masuk dan mulai memberikan edukasi pada 2017. Penanaman mangrove baru ada hasilnya. Setelah masuk CSR Pertamina, baru mulai maju,” katanya.

Pertamina RU II Sei Pakning mulai memperkenalkan beberapa metode alat pemecah ombak untuk meningkatkan keberhasilan penanaman mangrove dan pencegahan abrasi. Antara lain hybrid engineering dan kemudian hybrid engineering yang telah dimodifikasi. Dua alat tersebut ternyata kurang efektif. Antoni mengatakan bersama masyarakat dan pemangku kepentingan terkait akhirnya pada 2020 mengembangkan inovasi sosial berupa Triangle Mangrove Barrier (TRIMBA) yang berfungsi untuk menahan ombak, menangkap sedimen, hingga mendukung pertumbuhan bibit mangrove di pesisir. Dengan pemasangan TRIMBA, bibit mangrove yang ditanam berhasil tumbuh mencapai 95% dari sebelum dipasang alat tersebut yang peluang keberhasilannya 50-60%.

“Sejak 2019 hingga 2023, program Permata Hijau Pesisir Gambut telah memiliki arah yang jelas. Selain penanaman mangrove dan pengolahan produk mangrove dan hasil laut, terdapat penguatan kapasitas kelembagaan Masyarakat Peduli Bencana (MPB) yang telah dilatih dan memiliki sertifikasi penanganan bencana, serta pembentukan program Kampung Iklim Pesisir Gambut,” tutur Antoni.

Alat TRIMBA telah mendapatkan nomor paten sementara produk olahan mangrove mendapatkan sertifikasi produk halam dari LP POM MUI. Adapun metode pengadaptasian budidaya ikan nila air tawar-asin (payau) berupa Adaptable Pool With Auto Water Rotation (A-PAWON) dan Hybrida Solar Dryer System (HSDS) berupa rumah pengering ikan 24 jam dengan tenaga surya juga telah memeroleh nomor paten.

Alpan menuturkan RU II Sei Pakning juga membantu membangun berbagai fasilitas seperti pembangunan trek yang mengelilingi kawasan mangrove, pembangunan jembatan dan pembangunan menara, saung, kantin dan rumah produksi makanan olahan. Semuanya bantuan Pertamina tersebut guna mendukung terbentuknya ekowisata mangrove. “Pertamina menyalurkan pula bantuan budidaya ikan air payau. Kolam ikan nila berada di sebelah hutan mangrove memanfaatkan sumber air pasang surut,” katanya.

Menurut dia, kolam budidaya ikan nila mampu menopang perekonomian anggota kelompok dan keluarga saat mereka tidak melaut akibat cuaca buruk. Saat ini, produksi kolam budidaya ikan nila sekali panen mencapai 500 kilogram. “Bahkan bisa lebih. Pertamina juga melatih istri-istri kami, mengolah buah mangrove menjadi makanan dan minuman. Buah mangrove yang selama ini terbuang begitu saja sudah mulai dipanen dan diolah menjadi keripik api-api, keripik daun baru-baru, dodol tematu, sirup kedabu, stik jeluju, dan lainnya,“ tuturnya sambil menyebut omzet kelompok per bulan mencapai Rp40-50 juta.

Alpan pantas merasa bangga karena program CSR RU II Sei Pakning ini selain menopang ekonomi masyarakat juga mendatangkan berbagai penghargaan. Dia dan kelompoknya mendapatkan penghargaan Proklim dari KLHK dan Penghargaan Setia Lestari Bumi dari Gubernur Riau.  Mangrove Center Desa Pangkalan Jambi selain menjadi destinasi wisata juga menjadi pusat penelitian dari berbagai kalangan.

Program Permata Hijau Pesisir Gambut berhasil melindungi sekitar 18,9 hektare (ha) kawasan mangrove dan 4 ha Kawasan Mangrove Education Center. Sebanyak 40 ribu bibit mangrove telah ditanam di sepanjang pesisir Bengkalis. Keberadaan kawasan ini memunculkan 8 spesies hewan bentik baru di daerah sedimentasi atau lahan baru mangrove. Sementara satu satwa langka yakni Simpai atau Surili Sumatera (Presbytis melalophos), salah satu monyet endemik Pulau Sumatera, telah dilindungi.

Pada tahun ini, kata Alpan, terdapat perluasan area konservasi melalui replika TRIMBA dan penanaman 15 ribu bibit tanaman mangrove. “Sedangkan untuk 2023, telah disusun rencana monitoring Kawasan konservasi mangrove, mendorong Gerakan pedestrian mangrove di tingkat provinsi, replikasi penyediaan air bersih dan pembentukan Desa Wisata Pesisir Gambut,” tuturnya.

Klaster kedua dari program Permata Hijau Pesisir Gambut adalah pertanian lahan gambut ramah lingkungan dengan mengembangkan pertanian gambut terpadu dan pembentukan kelompok tani siapa kebakaran hutan dan lahan. Menurut Antoni, permasalahan di pesisir gambut tidak akan selesai jika tidak melestarikan wilayah daratan. “Oleh karena itu,  RU II Sei Pakning juga merintis program pertanian lahan gambut ramah lingkungan dengan inovasi Poligowo untuk metode penanaman polikulur serta inovasi alat injeksi pupuk FERIN (Fertilizer Injector) agar pemupukan dua kali lebih cepat,” katanya.

FERIN dan metode Poligowo telah mendapatkan nomor paten. Metode penanaman Poligowo diterapkan untuk 30 ha lahan pertanian produktif sehingga berkontribusi pada jumlah simpanan karbon CO2  per tahun sebesar 8.490 ton. “Core competency program ini adalah proses distilasi, tani siaga karhutla, dan modofikasi alat injeksi pupuk lahan pertanian,” tutur Antoni. Kelompok tani bisa memadamkan api yang melanda lahan gambut dengan alat sederhana yang dipancangkan di lahan gambut.

Syaiful, Ketua Kelompok Tani Maju Bersama, mengatakan pengembangan pertanian ini sangat penting karena selama ini tidak pernah terbayangkan di atas lahan gambut bisa tumbuh berbagai tanaman. Ia menuturkan kelompok melakukan diversifikasi tanaman seperti serai wangi, daun gelam, tanaman sayur, nanas dan tanaman obat keluarga (TOGA).   “Saat ini kami menanam cabai organik. Ada juga tanaman kangkung. Selain itu, di luar area tanaman sayur ada kebun karet,” ungkap Duta Petani Milenial 2021  tersebut.

Pertanian lahan gambut telah direplikasi di Kelurahan Sungai Pakning, Desa Batang Duku dan Desa Sukajadi.  Selain menghasilkan produk sayuran segar, kelompok tani lahan gambut telah mampu memproduksi handsanitizer saat pandemi COVID-19.  Kelompok juga memproduksi aneka produk seperti minyak atsiri, karbol, sabun cuci piring, pupuk organik cair dan produk olahan hortikultura. Salah satu produk yang rasanya enak dan gurih adalah stik kangkung.

Klaster program  Permata Hijau Pesisir Gambut ketiga adalah pengolahan air gambut. RU II Sei Pakning mengembangkan inovasi Filagam dan pengolahan air reserve ormosis (RO). Keahlian tersebut ditularkan oleh para perwira (RU II Sungai Pakning kepada para pemuda Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau sekitar dua tahun lalu. Pertamina meresmikan program inovasi Filtrasi Air Gambut (Filagam) yang merupakan teknologi untuk mengolah air gambut yang berwarna merah menjadi jernih dan layak digunakan masyarakat di desa tersebut.

Inovasi program Filagam lahir akibat kondisi masyarakat Desa Lubuk Muda yang tinggal di sekitar Sungai Dayang kesulitan mendapatkan air bersih untuk memenuhi kehidupan sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian, dan lain sebagainya. Di sekeliling mereka hanya terdapat air gambut yang mereka konsumsi tanpa melalui proses pengolahan. Namun, penggunaan air gambut yang keruh, asam, dan mengandung unsur organik yang tinggi secara terus menerus dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti diare atau penyakit kulit.

Belakangan, masyarakat Desa Lubuk Muda juga ragu untuk mengkonsumsi air gambut karena diduga sudah tercemar berbagai zat kimia sehingga berbahaya bagi kesehatan. Untuk kebutuhan air bersih sehar-hari, terutama MCK, mereka menampung air hujan. “Air gambut itu berwarna coklat. Bisa saja misalkan digunakan untuk mencuci baju namun kainnya akan menjadi kuning kalau tidak dibilas air bersih yang bersumber dari hujan,” tutur Andi Syahputera, Ketua Kelompok Tirta Muda, saat ditemui di instalasi pengolahan air Lubuk Muda, Selasa (25/10).

RU II Sei Pakning membuat inovasi rangkaian penjernih air gambut yang disebut Filagam. Alat ini telah mendapatkan nomor paten P00202107881. Menurut Antoni, program Filagam yang dilakukan perusahaan telah menjawab implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs Tujuan ke-6 yakni memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua; Tujuan ke-7 energi bersih dan terjangkau; dan Tujuan ke-11 berupa kota dan permukiman yang berkelanjutan.

Di bawah kepemimpinan Andi, Tirta Muda mampu memaksimalkan instalasi Filagam sehingga dapat memproduksi sekitar 5.840 ton air bersih per tahun. Menurut Andi, air bersih tersebut telah distribusikan lewat jaringan pipa secara gratis ke rumah warga di Dusun Beringin. Sebanyak 116 KK kini telah memiliki akses terhadap air bersih dengan jumlah konsumsi sekitar 4.088 ton.

“Pencapaian ini dulu tidak pernah terbayangkan. Kami mampu mengolah air merah menjadi air putih. Dahulu kami susah air. Sekarang sejak 2021 sudah ada saluran air minum ke rumah-rumah untuk mencukupi kebutuhan warga,” kata Andi.

Antoni menuturkan secara keseluruhan  sebanyak 113 kegiatan Permata Hijau Pesisir Gambut atau 84,11% berkontribusi dalam pencapaian 12 tujuan SDGs. Program CSR RU II Sei Pakning mendapatkan publikasi yang luar dan berbagai penghargaan nasional, 8 paten dan 15 hak cipta, juga penghargaan untuk local hero seperti Duta Petani Milenial 2021, Wana Lestari 2021, Setia Lestari Bumi 2021, Kalpataru 2020, dan Setia Lestari Bumi 2019. Desa Pangkalan Jambi, Kelurahan Sungai Pakning mendapatkan Proklim Utama. “Serapan karbon dari program CSR mencapai 2.632.802,3 ton per tahun. Kami juga mendapatkan PROPER Emas sebanyak empat kali pada 2018, 2019, 2020 dan 2021,“ ungkap Antoni. (lili hermawan)