JAKARTA – Proyek Abadi Blok Masela bisa segera berlanjut menyusul telah disetujuinya revisi rencana pengembangan atau Plan of Development (POD) yang diajukan operator blok Masela, Inpex Masela Ltd anak usaha Inpex Corporation.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menegaskan dengan telah disetujuinya revisi POD ini maka Inpex bisa langsung mengakselerasi pengerjaan proyek yang akan jadi proyek gas dengan penerapan teknologi CCS.

“Revisi ke-2 POD I ini sudah disetujui tanggal 28 november kemarin dan target onstream akhir 2029 mudah-mudahan masih bisa mengisi target long term kita,” kata Dwi disela rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (30/11).

Menurut Dwi salah satu poin utama revisi POD Masela kali ini adalah adanya penerapan Carbon Capture Storage (CCS).”investasi sekitar US$19,8 miliar estimasi saat ini ditambah carbon capture,” ungkap dia.

Meskipun bakal menambah investasi, pemerintah kata Dwi bakal tetap berupaya agar proyek sesuai dengan keekonomian sehingga tidak akan berdampak pada harga gas yang nanti diproduksikan. “Terus dari sisi kita , kita harus melakukan evaluasi dengan penambahan investasi itu bagaimana kita menjaga keekonomian projek itu sekaligus menjaga penerimaan negara dan itu kita diskusi mengenai investasi apa yang bisa ditekan,” jelas Dwi.

Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter. Kontrak PSC Masela yang berlaku hingga 2055 berpotensi menghasilkan 9.5 MMTPA (juta metrik ton per tahun) LNG dan 150 MMSCFD (juta kaki kubik standar per hari) gas pipa. Selain itu Lapangan Abadi diperkirakan dapat menghasilkan produksi kondensat sebesar 35,000 barel/hari.

Konsep pengembangan lapangan green field (lapangan migas baru) yang memiliki kompleksitas tinggi dan risiko besar mencakup pengeboran deepwater, fasilitas subsea, FPSO (Floating Production Storage and Offloading), dan onshore LNG plant akan menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi PHE serta mitra-mitranya untuk merealisasikannya. Selain itu pengembangan lapangan ini juga berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja. (RI)