JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memastikan berbagai proyek kilang yang sedang dikerjakan terus dikejar penyelesaiannya. Selain kilang baru saat ini Pertamina juga tengah mengerjakan pengembangan fasilitas pengolahan PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI).

Berdasarkan data yang diperoleh Dunia Energi untuk kilang baru yang baru dibangun atau Grass Root Refinery Tuban saat ini sedang dalam tahap pembuatan Front End Engineering Design (FEED) dengan progres 49,16%. Secara keseluruhan kilang Tuban ditargetkan rampung pada tahun 2027.

Sementara untuk proyek revamping Aromatic TPPI terbagi dalam dua fase yakni. Fase pertama adalah pembangunan OSBL (5 unit Tangki) untuk memaksimalkan produk paraxylene 600 ribu ton. Ditargetkan selesai di akhir Desember tahun 2021.

Kemudian untuk fase 2 upgrading ISBL (Unit proses) untuk meningkatkan kapasitas dari 600 Kta ke 780 Kta yang ditargetkan akan selesai di tahun 2023 dengan investasi sekitar US$238 juta.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, saat dihubungi membenarkan progres sejauh ini yang dicapai Pertamina dalam pembangunan kilang Tuban dan pengembangan TPPI tersebut. “Benar (progresnya seperti itu),” kata Nicke kepada Dunia Energi, Senin (22/11).

Dia juga menambahkan Pertamina akan terus mengembangkan fasilitas TPPI melalui proyek Olefin hingga nantinya bisa memproduksi Polyprohylene dan Polyethylene.

“Untuk Olefin TPPI, unit Polyprohylene akan mulai berproduksi tahun 2024, dan unit Polyethylene akan mulai berproduksi tahun 2025,” ungkap Nicke.

Presiden Joko Widodo akhir pekan lalu terlihat gusar. Saat pengarahan ke manajemen Pertamina dan PLN, Jokowi dengan tegas meminta manajemen Pertamina melakukan percepatan pembangunan kilang Tuban serta pemanfaatan secara optimal fasilitas pengolahan TPPI.

Jokowi ungkapkan arahannya dengan tegas secara terbuka di depan Direksi dan Komisaris PT Pertamina dan PT PLN yang secara khusus dipanggil ke istana negara akhir pekan lalu. Acara itu disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/11/2021).

Salah satu fokus arahan Jokowi adalah keterlambatan pembangunan kilang Tuban yang baru mencapai 5%. Padahal, sudah direncanakan sejak lama.
PT Pertamina (Persero) menjalin kerja sama dengan perusahaan minyak asal Rusia Rosneft Oil Company untuk mengembangkan kilang Tuban, Jawa Timur. Nilai investasi pembangunan kilang tersebut mencapai US$ 13 miliar. Perjanjian kerjasama itu ditandatangani 26 Mei 2016.

Sebelum memilih Rosneft, sebenarnya ada lima perusahaan asing, termasuk Rosneft, yang tertarik untuk membangun kilang tersebut. Perusahaan tersebut adalah Saudi Aramco dari Arab Saudi, Kuwait Petroleum Inc dari Kuwait, Sinopec dari China, dan konsorsium Hail Oil Thailand dan PTT GC Thailand.
“Ini investasinya besar sekali, Rp 168 triliun, tapi realisasi baru kira-kira Rp 5,8 triliun,” ujar Jokowi sambil menarik nafas panjang.

Proyek kilang Tuban merupakan proyek pembangunan kilang minyak baru (Grass Root Refinery/GRR), berlokasi di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Proyek Kilang Tuban merupakan proyek yang sangat strategis karena pembangunan kilang minyak akan terintegrasi dengan petrokimia, dengan kapasitas pengolahan minyak mentah sebesar 300.000 barel minyak per hari dan produksi petrochemical mencapai 3.600 kilo ton per annum (ktpa).
Selain itu, Kilang Tuban juga akan memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan kualitas Euro V (BBM ramah lingkungan) yaitu gasoline sebesar 80.000 barel per hari dan diesel sebesar 98.000 barel per hari.

“Yang namanya Rosneft di Tuban ingin investasi. Sudah mulai, saya ngerti Rosneftnya ingin cepat, tapi kitanya nggak pengen cepat,” jelas Jokowi
Turut hadir dalam pengarahan itu antara lain Menteri BUMN Erick Thohir, Komisaris Utara Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Komisaris Utama PLN Amien Sunaryadi.

Mandeknya proyek kilang ini, karena berbagai alasan. Salah satunya pemerintah diminta untuk membangun sejumlah infrastruktur yang bisa menghubungkan kepada proyek tersebut. Dia meminta berbagai persoalam tersebut dikomunikasikan dengan baik ke pemerintah. Ia menegaskan pemerintah siap penyediaan berbagai fasilitas pendukung. “Alasannya ada saja, minta kereta api lah, minta jalan tol lah. Baru mulai berapa persen Rp 5 triliun itu, 5% aja belum ada, nggak ada masalah kok. Memang fasilitas seperti itu, pemerintah yang harus membangun, nggak ada masalah,” jelas Jokowi.

Selain itu menurut dia bukan hanya karena permintaan pembangunan infrastruktur, tapi juga lantaran budaya bisnis yang dijalankan Pertamina hanya mengerjakan proyek sesuai rutinitas saja. “Ini ada masalah karena ini, tapi kan problemnya bukan itu. Problemnya comfort zone, zona nyaman, zona rutinitas itu yang ingin kita hilangkan. Masih senang dengan comfort zone, udah nggak bisa lagi,” tuturnya.

Selain kilang Tuban Jokowi juga meminta proyek kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI), yang tak jauh dari lokasi kilang Tuban segera dimaksimalkan. “Di dekatnya lagi ada TPPI juga sama, investasinya US$ 3,8 miliar. Juga bertahun-tahun ini sudah sebelum kita ada, kemudian ada masalah, belum jalan-jalan juga,” kata Jokowi. (RI)