JAKARTA – Produksi konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia, anak usaha Mineral Industry Indonesia (MIND ID) sepanjang 2019 menurun tajam jika dibanding realisasi produksi 2018.

Berdasarkan keterangan resmi yang dirilis  Freeport McMoRan sebagai salah satu pemegang saham Freeport Indonesia,  menunjukkan realisasi produksi konsentrat tembaga hanya 607 juta pon atau anjlok 47,6% jika dibanding dengan produksi konsentrat pada 2018 yakni sebesar 1,16 miliar pon.

Selain produksi konsentrat tembaga, produksi emas Freeport Indonesia juga turun. Sepanjang tahun lalu produksi emas 863 ribu ounce jauh dibawah realisasi pada  2018 yang mencapai 2,416 juta ounce.

Seiring penurunan produksi, penjualan emas sepanjang 2019 juga turun menjadi 973 ribu ounce dibandingkan 2018 sebesar 2,36 juta ounce.

Richard Adkerson, Chief Executive Officer Freeport McMoRan, yang juga Presiden Komisaris Freeport Indonesia, mengungkapkan produksi bijih (ore) sudah dilakukan dari dua blok tambang bawah tanah, diantaranya Grasberg Block Cave (GBC) dan Deep Mill Level Zone (DMLZ).

Untuk produksi bijih GBC tahun lalu tercatat rata-rata mencapai 17 ribu ton per hari, sementara untuk DMZL mencapai 16 ribu ton per hari sehingga total rata-rata produksi tambang bawah tanah Freeport Indonesia  tahun lalu mencapai 33 ribu ton per hari.

Meskipun terlihat menurun produksi konsentrat tembaga dan emasnya, Adkerson menjamin kinerja produksi Freeport akan terus meningkat di GBC.

“Freeport akan terus meningkatkan tingkat produksi dari waktu ke waktu. Seiring bertambahnya drawpoint yang ada dan drawpoint tambahan. Pengembangan gua diharapkan meningkatkan tingkat produksi hingga rata-rata 30 ribu metrik ton bijih per hari pada tahun 2020, lebih dari 60 ribu metrik ton bijih per hari pada 2021 dan 130 ribu metrik ton bijih per hari pada tahun 2023,” kata Adkerson, Jumat (24/1).

Sementara di DMLZ masih akan terus dilakukan hydraulic fracturing dikombinasikan dengan pembukaan di dua blok produksi aktif saat ini diharapkan untuk memperluas area pertambangan bawah tanah sehingga mendukung laju produksi yang lebih tinggi.

“Diharapkan rata-rata 29 ribu metrik ton bijih per hari pada tahun 2020, mendekati 60 ribu metrik ton bijih per hari pada 2021 dan 80 ribu metrik ton bijih per hari pada 2022 dari tiga blok produksi,” kata Adkerson.(RI)