Direktur Utama PLN, Nur Pamudji (paling kanan) usai menandatangani kontrak EPCI, operasi dan pemeliharaan (O&M) fasilitas CNG Gresik – Lombok.

Direktur Utama PLN, Nur Pamudji (paling kanan) usai menandatangani kontrak EPCI, operasi dan pemeliharaan (O&M) fasilitas CNG Gresik – Lombok.

JAKARTA – PT PLN (Persero) terus memanfaatkan teknologi Compressed Natural Gas (CNG) untuk memenuhi kebutuhan energi primer pembangkit listrik yang tidak terjangkau fasilitas pipa gas.

Sebagai terobosan untuk mengatasi permasalahan ini, PLN menggunakan CNG yang dikirim melalui laut menggunakan CNG Vessel. Teknologi ini dikenal dengan istilah Marine CNG Transportation.

Untuk itu PLN menandatangani kontrak pembangunan (engineering-procurement-construction-instalation/EPCI) dan operasi dan pemeliharaan (O&M) fasilitas CNG Gresik – Lombok. Penandatanganan dilakukan Direktur Utama PLN, Nur Pamudji dengan wakil dari Konsorsium Shijiazhuang Enric Gas Equipment Co.Ltd, Ocean Engineering Design & Research Institute of CIMC dan PT Enviromate Technology International, Cui Li, pada Selasa, 15 April 2014 di PLN Kantor Pusat, Jakarta.

Seperti dituturkan Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN, Bambang Dwiyanto, konsorsium tiga perusahaan tersebut akan membangun fasilitas kompresi gas di Gresik selama 12 bulan, membangun fasilitas dekompresi gas di Lombok selama 24 bulan, membangun CNG vessel 24 bulan, serta melakukan operasi dan pemeliharaan ketiga fasilitas tersebut selama 3 tahun.

“Nilai kontrak EPCI itu sebesar USD 132,004,708 dan Rp 125.982.809.850, lalu nilai kontrak operasi dan pemeliharaan sebesar USD 4,483,292 dan Rp 45.397.190.150,” jelas Bambang Dwiyanto.

Ia menerangkan, proyek Marine CNG Transportation Gresik – Lombok, yang merupakan pertama di dunia, dilakukan dengan mengangkut CNG dari Gresik, Jawa Timur, ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan menggunakan CNG vessel yang mampu mengangkut CNG sebanyak 20 juta kaki kubik (mmcsf).

Sebanyak 5 juta kaki kubik per hari (mmscfd) CNG tersebut akan dipakai sebagai sumber pasokan gas untuk pembangkit gas peaking, beroperasi 4-5 jam per hari pada saat beban puncak, yang mampu membangkitkan daya listrik hingga 90 Megawatt (MW) untuk Pulau Lombok.

“Teknologi Marine CNG selanjutnya akan diterapkan untuk lokasi-lokasi pembangkit gas lainnya dengan kapasitas yang sama atau lebih besar,” jelas Bambang.

(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)