JAKARTA– Sebulan sudah Oki Muraza menjabat Senior Vice President Research Technology and Innovation PT Pertamina (Persero). Harapan tinggi dibebankan oleh direksi dan komisaris badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi itu kepada jebolan SMA Taruna Nusantara Magelang tersebut. Hal itu sungguh tepat lantaran mantan Associate Professor pada King Fahd University of Petroleum and Minerals (KFUPM) Arab Saudi itu adalah sedikit dari ilmuwan Indonesia paling berpengaruh di dunia di sektor energi berdasarkan jumlah karya ilmiah yang dikutip dari berbagai disiplin ilmu.

Daftar yang dirilis Universitas Stanford, Amerika Serikat, menghimpun 1,5 juta ilmuwan dari seluruh dunia. Oki masuk tokoh berpengaruh untuk bidang energi. Dalam daftar itu terdapat sejumlah nama besar seperti Profesor Michael Graetzel, Bapak Solar Cell, Energi Tenaga Matahari di Swiss; dan Profesor John B Goodenough, Bapak Betere (Battery) dan Energy Storage.

Pemegang gelar master dari Technische Universiteit Delft (TU Delf) dan PhD dalam bidang Teknik Kimia dari Technische Universiteit Eindhoven, Belanda, itu tercatat sebagai salah salah satu akademisi paling produktif di KFUPM yang berhasil mempublikasikan lebih dari 20 ISI papers setiap tahun. Sejak 2009, karya ilmiah Oki dikutip sebanyak 3.092 kali, berdasarkan informasi laman Oki Muraza di Google Scholar. Topik penelitian alumni Teknik Kimia ITB tersebut terutama dibidang katalisis untuk hilirisasi sumber daya hidrokarbon; minyak bumi, gas alam dan biomassa menjadi fuels dan bahan kimia.

Sebelumnya, Oki dianugerahi Beasiswa Huygens (2003-2004), Belanda, UNESCO SFP, TU Delft Scholarship (2002-2004) dan Beasiswa Perusahaan Bahan Kimia Dow (1997-2000). Dilansir dari laman ristekdikti.go.id, dalam sembilan tahun terakhir Oki berhasil mendapatkan hibah senilai US$6,2 juta dari beberapa perusahaan dan lembaga seperti Saudi Aramco, SABIC, dan KACST.

Sebagai principal investigator, empat proposal Oki berkualitas tinggi terkini tentang pemrosesan hilir sumber daya hidrokarbon dan energi terbarukan, dinilai sebagai proposal yang sangat direkomendasikan oleh The American Association for the Advancement of Science (AAAS).

Melihat rekam jejak Oki yang cukup mumpuni di bidang teknik kimia, termasuk juga produksi selektif propilena, produksi dan peningkatan minyak berat, metanol-ke-propilena, batubara-ke-olefin, dan katalisis untuk ekonomi sirkuler, tak heran bila Pertamina merekrut yang bersangkutan untuk menempati posisi SVP RTI Pertamina di bawah direktorat Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha (SPPU) yang dipimpin Iman Rachman, Direktur SPPU Pertamina. Posisi SVP RTI sebelumnya kosong karena pejabat lama, Dadi Sugiana, bergeser menjadi SVP Innovation & New Venture sejak November 2020. Sebelumnya nama SVP RTI adalah Reseach Technology Center (RTC). Sebelum Dadi, SVP RTC adalah Herutama Trikoranto, mantan Direktur Operasi PT Pertamina EP, alumni BPS 2 Pertamina Tahun 1990.

Agus Suprijanto, SVP Corporate Communication and Investor Relations Pertamina, saat dikonfirmasi, mengatakan untuk memenangi pertarungan di kancag global Pertamina memerlukan sumber daya mumpuni di berbagai bidang. Sosok yang akan menempati pos yang diperlukan bisa dari dalam perusahaan maupun profesional. “Selain development di dalam untuk mencari potensi leader, kami juga menyesuaikan dengan kebutuhan. Melalui berbagai pertimbangkan, kami juga berikan kesempatan melalui external hire,” ujar Agus, menjawab Dunia Energi saat editor gathering. di Jakarta, Selasa (2/3).

Menurut Agus, rekrutmen untuk posisi strategis di Pertamina dilakukan melalui proses seleksi yang sudah benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Figur yang terpilih adalah orang yang akan berkontribusi maksimal bagi perusahaan. “Ini juga kembali pada visi dan misi Pertamina,” katanya.

Benny Lubiantara, Ketua Divisi Kajian dan Opini Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), menilai penulis buku Dari Delft, hingga Madinah: Mencari Ilmu, Memungut Berkah yang terbit pada 2017 itu memiliki reputasi internasional. Publikasi Oki di jurnal internasional juga banyak, khususnya dalam aspek teknik kimia sesuai latar belakang pendidikannya.

Oki dinilai memiliki banyak inovasi. Hal itu, lanjut Benny, tercermin dari publikasi dan undangan sebagai nara sumber di forum penting di manca negara. Benny juga menyebut kelebihan lain dari Oki, yaitu paham industri hulu migas, khususnya aspek kimia EOR dan juga pakar di hilir, urusan teknologi refinery. “Tidak banyak orang yg bisa paham hulu sekaligus hilir,” kata Benny, kepada Dunia Energi.

Terkait rekrutmen Oki oleh Pertamina, Benny menilai Pertamina tentu punya alasan sendiri. Tentu pemilihan ini melalui proses dan pertimbangan mendalam di Pertamina.

Dia menilai Pertamina memilih orang seperti Oki– dengan reputasi internasional– mungkin dianggap pilihan yang pas saat ini. Apalagi, Oki bisa memanfaatkan jaringan dengan pakar global untuk kepentingan perusahaan. Di luar itu, riset teknologi dan inovasi juga memerlukan kolaborasi global.

“Oki ini expert tulen. Kalau bahasa gaulnya ‘bukan kaleng- kaleng’,” kata Benny.

Oki dinilai sudah memahami permasalahan industri migas di Tanah Air. Apalagi dia dinilai cukup aktif di komunitas migas nasional dan sering berinteraksi dgn praktisi migas di Tanah Air. “Paling tidak bayangan saya Oki sudah punya konsep-konsep yang akan dia tawarkan untuk peningkatan kinerja hulu dan hilir di Pertamina,” katanya. (DR)