Blok Southeast Sumatra mulai memberikan kontribusi penuh terhadap produksi PHE pasca dikuasai 100% hak partisipasinya sejak September 2018.

JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) membukukan  laba bersih US$ 470 juta atau setara  Rp6,67 triliun (kurs Rp14.200 per dolar AS), melonjak dibanding target sebesar US$211,2 juta maupun realisasi 2017 yang mencapai US$259,88 juta.

Meidawati, Direktur Utama PHE, mengatakan selain karena upaya efisiensi, peningkatan kinerja keuangan perseroan didorong peningkatan kinerja operasi seiring masuknya beberapa blok terminasi yang dikelola PHE mulai 2018.

“Blok-blok terminasi yang dikelola PHE juga turut menyumbang angka produksi minyak dan gas,” kata Meidawati kepada Dunia Energi, Senin (14/1).

Selain itu, kenaikan laba bersih juga ditopang perbaikan harga minyak yang melampaui patokan harga yang ditetapkan perseroan sebesar US$40 per barrel.

Pada 2018 PHE mencatat produksi minyak sebesar 69 ribu barel per hari (bph) atau 99% dari target 70 ribu bph. Produksi gas sebesar 795 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau 103% dari target yang ditetapkan sebesar 771 mmscfd. “Total produksi minyak dan gas 206 ribu boepd, diatas target 204 ribu boepd atau 101%,” tukasnya.

Menurut Meidawati, salah satu blok terminasi yang menyumbang kontribusi besar bagi peningkatan produksi PHE adalah Blok Southeast Sumatra yang dikelola anak usahanya, PHE Offshore Southeast Sumatra (OSES).

Hingga awal 2019, estimasi cadangan OSES untuk minyak 47 MMBO dan gas 111 BCF. Pada 2019, target produksi OSES untuk minyak dipatok sebesar 31 ribu bph dan gas sebesar 123 mmscfd.

Selain OSES, ada beberapa blok lain yang turut menambah produksi seperti Blok Tuban East Java, Ogan Komering, North Sumatera Offshore (NSO) dan NSB.(RI)