CIREBON Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) secara aktif berperan dalam memberdayakan ekonomi warga di Kampung Keberagaman Merbabu Asih, Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, melalui berbagai Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dengan kreativitas, pelestarian budaya dan lingkungan.

Kampung Keberagaman Merbabu Asih merupakan sebuah miniatur toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Di sana, empat rumah ibadah yakni Pura Agung Jati Permana (Hindu), Vihara Bodhi Sejati (Buddha), Masjid As-Salam (Islam) dan bangunan  Panti Wreda Kasih (Kristen)  berdiri berdampingan dengan damai, mencerminkan semangat persatuan dalam keberagaman.

Menurut Agus Supriono, Ketua RW 08 dan aktivis keberagaman di sana,  mengatakan masyarakat sekitar merasa beruntung karena  di lingkungan RW 08 terwariskan ragam kultur, ragam ilmu, ragam budaya, dan ragam agama yang menjadikan masyarakat hidup berdampingan. “Dengan terlibat dalam memelihara keberagaman, ini menjadi infak saya kepada masyarakat. Hendaknya kondisi menjadi penyejuk di tengah-tengah perbedaan dan menapaklah di koridor jalan tengah,” tutur dia, saat kunjungan media dan SKK Migas, ke Cirebon, pekan lalu.

Dia menjelaskan keberagaman ini berawal dari ibu-ibu dengan beragam etnis yakni China, Manado, Batak, Jawa, Sunda dan lain-lain pada saat hari raya keagamaan mereka saling bergotong royong dan membantu. Kegiatan ini kemudian berlanjut menjadi kegiatan yang bersifat ekonomi dan pelestarian lingkungan.  Menurut Agus Supriono, para pemuka agama sangat giat mendukung termasuk menyampaikan informasi tentang lingkungan hidup.

“Pertamina mengajarkan kami untuk mengasihi alam. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim dan ternyata dari dasar agama bisa meraih keberhasilan. Kampung ini meraih Predikat Kampung Proklim. Saya berharap bisa berkembang luas. Kami sedang mereplikakan proklim-proklim se-Kota Cirebon,” kata Agus.

Inovasi Batik

Tak sekedar merajut toleransi, di bawah binaan PHE ONWJ, ibu-ibu di Kampung Keberagaman telah menunjukkan inovasinya dalam menciptakan motif batik bertema lingkungan. “Batik ini menjadi media kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam.” kata Agus.

Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ R Ery Ridwan menjelaskan bahwa program membatik ramah lingkungan di Kampung Keberagaman merupakan perwujudan komitmen PHE ONWJ dalam menjalankan tiga aspek penting. Pertama, kepedulian lingkungan dengan penggunaan pewarna alami dalam membatik merupakan langkah nyata untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meminimalkan limbah.

“Lebih dari sekadar menggoreskan canting pada kain, pengalaman membatik di Kampung Keberagaman ini menghadirkan nilai tambah melalui penggunaan bahan baku ramah lingkungan. Pewarna alami yang berasal dari buah-buahan menjadi ciri khas batik Kampung Keberagaman, menghasilkan karya seni yang indah tanpa mencemari lingkungan,” ujar dia, dalam Kunjungan Lapangan Media Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan KKKS di Cirebon.

Pada saat kunjungan, para tamu dan media yang hadir langsung merasakan keasyikan membatik secara langsung. Batik yang dibuat ternyata berbeda dengan batik di tempat lain. Peserta tidak menggunakan api dan lilin saat membatik, tapi menggunakan lem yang diracik khusus sehingga lebih praktis dan lebih ramah lingkungan. Motif batik tersebut sangat erat dengan kehidupan sehari-hari, termasuk di dalamnya gambar anjungan minyak.

Selain itu, kegiatan membatik juga memiliki aspek peningkatan ekonomi masyarakat. Pasalnya, menurut Ery, program ini memberdayakan ibu-ibu di Kampung Keberagaman dengan membekali mereka keterampilan membatik dan membuka peluang usaha baru.

“Kami berharap program ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, tetapi juga menginspirasi sikap peduli lingkungan yang berkelanjutan dan memperkuat kecintaan terhadap budaya batik,” ujar Ery.

Kepala Departemen Komunikasi SKK Migas Nyimas Rikani Fauziah menyampaikan bahwa kegiatan membatik di Kampung Keberagaman menjadi contoh sinergi yang apik antara SKK Migas, PHE ONWJ, dan masyarakat setempat dalam upaya melestarikan alam, budaya, dan meningkatkan ekonomi. Semangat kolaborasi dan gotong royong ini diharapkan dapat terus berkembang dan membawa manfaat bagi semua pihak.

“Dengan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat ini menunjukkan bahwa industri migas secara aktif memberikan kontribusi tak hanya terhadap pembagunan negara tetapi juga masyarakat,” tutur dia.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon Agus Sukmanjaya berharap pengembangan Kampung Keberagaman yang unik akan meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara ke Cirebon. “Dalam waktu dekat kamu berencana membuat event khusus di sini,” ujarnya.(LH)