JAKARTA – Pemerintah dalam hal Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) salah satu Subholding Pertamina yakni Subholding Upstream (SHU), PT Pertamina Hulu Energi (PHE).

Pahala N Mansury, Wakil Menteri I BUMN, mengungkapkan saat ini manajemen sedang bekerja untuk meningkatkan kinerja operasi maupun keuangan.

“Saat ini progress dari IPO PHE sudah memilih advisor baik itu legal dan finance sudah selesaikan laporan keuangan untuk Juni untuk audit sudah sertifikasi dari reserve yang jadi bagian penting untuk IPO hulu migas,” kata Pahala dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (7/12).

Manajemen sendiri sudah mendaftarkan PHE untuk IPO di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan jika tidak ada halangan IPO bisa dieksekusi pada tahun depan dengan porsi saham yang ditawarkan ke lantai bursa maksimal hanya 15%.

“PHE akan mulai melakukan market sounding dan memahami berapa jumlah demand yang bisa dikumpulkan untuk penawaran saham ke publik kita harapkan PHE bisa tawarkan 10-15% sahamnya di pasar modal,” jelas Pahala.

Menurut Pahala, pemerintah meyakini bahwa kebijakan IPO bisnis hulu Pertamina bisa meningkatkan transparansi serta yang terpenting adalah meningkatkan sumber diversifikasi pendanaan yang selama ini hanya berasal dari holding Pertamina. Dengan adanya tambahan pendanaan maka perusahaan bisa lebih agresif mencari cadangan migas demi meningkatkan produksi.

“Selama ini memang hanya diperolah dari holdingnya atau berasal dari Pertamina dan ke depannya setiap tahunnya total capex untuk bisa mengembangkan di PHE berkisar antara US$4-US$6 miliar atau Rp60 triliun-Rp90 triliun ini tentunya merupakan total pendaan yang sangat besar,” ujar Pahala.

Dia berharap PHE tidak kehilangan momentum dalam eksekusi IPO karena saat ini harga minyak dunia masih cukup positif untuk melantai bursa.

Selain itu dilihat lebih luas, IPO PHE bisa menjadi pemicu untuk meningkatkan gairah investor terhadap sektor energi khususnya migas.

“Ini bisa mengoptimalakan momentum yang cukup baik khususnya momentum harga minyak dan gas bumi yang pada saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi. Ini kita harapakan juga bisa mendorong sentimen investor yang positif terhadap para emiten di sektor energi,” ujar Pahala. (RI)