JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) akan memberikan kompensasi untuk warga terdampak tumpahan minyak dari sumur YYA-1.

Rifky Effendy, Ketua Tim 1 Penanganan Dampak Eksternal Tumpahan Minyak Sumur YYA-1, mengatakan saat ini timnya sudah mencatat ada 66 desa di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten yang warganya terkena imbas insiden tersebut.

“Hari ini tim kami mulai membuka meja pendataan di kantor desa. Ada 66 desa yang tersebar di tujuh kabupaten dan kota yang kena dampak,” kata Rifky saat jumpa pers  di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Kamis (15/8).

Rifki mengatakan, pendataan data warga terdampak akan ditargetkan tuntas pekan ini.  Pertamina mensyaratkan masyarakat mengisi formulir yang di dalamnya memuat data diri lengkap. Di dalam formulir itu juga tercantum besaran biaya air bersih hingga kesehatan yang diakibatkan oleh insiden tumpahan minyak.

Sambil mendata, tim akan melakukan tahap verifikasi data. Verifikasi akan dibantu oleh Balai Riset BRSDM Kementerian Kelautan dan Perikanan serta dinas kelautan dan perikanan di masing-masing kota.

Setelah verifikasi, tim dari fungsi keuangan dan internal audit keuangan PHE serta Corporate Secretary PT Pertamina (Persero) dibantu BPKP/BPL dan Tim IPB akan melakukan penghitungan nilai kompensasi.

“Mekanisme pembayaran setelah data base terkumpul obyek yang akan terima, akan susun hitungan dan skema seperti apa, pembayaran seperti apa. Tahap 1 tuntas minggu ini. Tahap 2 verifikasi, tahap 3 penilaian, tahap 4 pembayaran. Besaran dana sangat tergantung pada dampak. Kalau ke publik saja bisa dihitung, tapi ada juga ke lingkungan,” ujarnya.

Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), mengatakan pembayaran kompensasi akan sesuai kaidah yang berlaku. Dana itu berasal dari dana cadangan PHE.

“Konsentrasi bukan diberapa dananya, tapi dilakukan sesuai kaidah yang berlaku dan verifikasi yang fair karena melibatkan komite. Jadi, saya yakin ini dilakukan benar dan baik dan hati-hati. Tidak ingin ada masyarakat yang dirugikan,” kata Dharmawan.

Penampung Fluida

PHE juga terus berupaya menahan tumpahan minyak sumur YYA-1 dengan strategi proteksi berlapis. Selain penanganan kontrol sumur yang saat ini sudah mencapai kedalaman 1.680 meter atau 5.512 feet, PHE ONWJ melokalisasi minyak dengan pengoperasian static dan moveable oil boom, serta menyedot ceceran minyak menggunakan skimmer dan slurry pump.

Ifki Sukarya, Vice Presdient Relations
PHE, mengatakan pemasangan dan pengoperasian static oil boom pada lapisan utama sudah mencapai total panjang 4.450 meter. Konfigurasi full circle ini sudah hampir menutup penuh anjungan YYA dan dengan memperhatikan arah angin dan arus. Terdapat beberapa bukaan untuk akses masuk keluarnya kapal skimming.

Sebagai tambahan pengoperasian, telah terpasang 400 meter static oil boom pada layer kedua,  600 meter moveable oil boom di sekitar area anjungan YYA serta 400 meter oil boom di sekitar area FSRU Nusantara Regas.

Ifki menambahkan, Incident Managemet Team (IMT) PHE ONWJ juga telah menempatkan tandon-fluida, yang ditempatkan di bawah anjungan YYA.

“Penampungan ini menggunakan floating storage tank, yang ditarik oleh dua buah kapal. Dengan posisi di bawah anjungan ini memudahkan untuk menampung langsung tumpahan minyak. Kami harapkan, langkah ini mengurangi volume tumpahan minyak ke permukaan laut,” kata Ifki.

Metode tandon fluida  berhasil menampung sekitar 5.000 liter minyak mentah per hari, dimana setelahnya minyak akan akan dipindahkan ke kapal penampung.

Upaya lain untuk menahan laju tumpahan minyak meluas, PHE ONWJ mengoperasikan 3 unit skimmer ditambah  pengoperasian 1 slurry pump yang telah tiba di lokasi dan telah digunakan.  Hampir sama dengan skimmer, slurry pump ini bertujuan untuk memaksimalkan penyedotan minyak dan kemudian ditempatkan di IBC Tank.

Untuk menangani ceceran minyak di laut ini, PHE ONWJ mengerahkan 48 kapal, 2689 personil, menggelar total 5850 meter oil boom  di offshore dan 3660 meter oil boom di onshore.(RA)