JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga (PPN) meminta dukungan dari parlemen untuk melakukan peninjauan terhadap besaran subsidi bagi BBM jenis tertentu atau solar. Saat ini solar memang di subsidi oleh pemerintah sebesar Rp 1.000 per liter.

Riva Siahaan, Direktur Utama PPN menyatakan besaran subsidi yang telah ditetapkan sangat jauh dari besaran kompensasi yang harus dibayar. “Terkait JBT Solar, kami juga sedikit ingin sampaikan dan permohonan dukungan untuk melakukan peninjauan terhadap subsidi, dimana saat ini angka subsidi besarannya Rp1.000 dan mohon untuk dapat dukungan untuk penghitungan ulang karena angka kompensasinya mencapai Rp5.000 per liternya,” jelas Riva disela rapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (28/5).

Konsumsi JBT solar sendiri hingga kini diyakini masih akan sesuai dengan kuota yang sudah dietapkan hingga akhir tahun 2024 yakni sebesar 17,8 juta kilo liter (KL). “Prongosa di 2024 ini insyaallah dapat kami jaga berada 0,55% di bawah kuota 17,8 juta KL,” ungkap Riva.

Menurut perhitungan Pertamina, konsumsi atau permintaan terhadap solar akan meningkat hingga tahun depan. Riva menjelaskan dengan estimasi Badan Kebijakan Fiskal (BKF) peningkatan pertumbuhan ekonomi turut mengkerek konsumsi BBM “Estimasi pertumbuhan ekonomi berdasarkan rilis BKF sebesar 5,1-5,5%, kedua estimasi pertumbuhan kendaraan bermotor 4-5% dimana sudah mempertimbangkan pertumbuhan Eelctric Vehicle.

“Jadi proyeksi konsumsi soar 2025 ada di 18,6 juta KL-18,7 juta KL, Pertalite 31,1 juta KL 32,2 juta KL, kerosene atau minyak tanah 525 ribu KL-527 ribu KL,” ungkap Riva.