JAKARTA – Sebagai anggota konsorsium baru di proyek Masela, PT Pertamina (Persero) ternyata tidak menutup diri dan membuka peluang adanya mitra baru.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan meskipun menjadi anggota konsorsium baru bersama dengan Petronas namun pemerintah mengamanatkan agar Pertamina bisa ikut mengawal proyek Masela sehingga bisa memproduksikan gas pada tahun 2029 lebih cepat tiga tahun dari kesanggupan yang pernah disampaikan oleh Inpex sebagai operator.

“Tidak menutup kemungkinan pihak lain untuk masuk yang tentu akan melengkapi kompetensi dari blok ini yang dalam eksekusinya memang cukup complicated ya sehingga harus memastikan semuanya bisa berjalan dengan baik,” kata Nicke dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (30/8).

Menurut Nicke salah satu tantangan besar yang akan dihadapi oleh para konsorsium pengelola Masela nantinya adalah kewajiban injeksi CO2 dengan menerapkan teknologi Carbon Capture Storage and Utilization (CCUS). Ini merupakan praktik yang pertama kali dilakukan dalam skala besar di industri hulu migas tanah air.

“Masela ini menjadi projek upstream pertama yang menerapkan CCUS, pemerintah sudah mengeluarkan regulasi baru bulan Februari di mana gas processing harus melakukan CCUS sehingga yang dihasilkan blue energy,” ujar Nicke.

Pertamina dan Petronas secara resmi mengambil alih Participating Interest (PI) proyek Abadi Masela dari Shell pada Juli lalu. Pertamina kini memiliki PI sebesar 20% proyek Masela sementara Petronas memiliki 15%. Dalam keterngan resminya, Shell setuju untuk menjual 35% PI-nya di proyek Masela dengan nilai total sebesar US$650 juta. (RI)