MATARAM – PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina sepanjang tahun 2023 menggelontorkan biaya eksplorasi atau pencarian cadangan minyak mencapai US$320 juta. Realisasi investasi eksplorasi ini jauh melebihi realisasi investasi eksplorasi tahun 2022 yang hanya US$260 juta atau tumbuh 23%. untuk biaya investasi eksplorasi tahun 2023 lalu sendiri sebesar 8% dari keseluruhan Capitak Expenditure (Capex) biaya investasi PHE. Sementara realisasi investasi eksplorasi tahun 2023 lalu sayangnya tidak mencapai target yang dipatok sebesar US$387 juta.

Muharram Jaya Panguriseng, Direktur Eksplorasi PHE, menyatakan, bahwa setiap tahun biaya investasi eksplorasi ditargetkan memang terus meningkat demi mendapatkan tambahan cadangan yang juga ditargetkan agar terus tumbuh. “Kami targetkan temuan 2C itu tumbuh 15% per tahun sampai 2029 posisi temuan harapannya sudah ukurannya bukan lagi jutaan barel tapi miliaran barel karena saat itu kebutuhan juga naik,” kata Muharram disela paparannya dalam Media Gathering PHE di Mandalika, Senin (6/2).

Sepanjang tahun lalu Pertamina menyelesaikan 20 pemboran eksplorasi atau 18% meningkat dibandingkan tahun 2022 yang sebanyak 17 pemboran. Namun realisasi pemboran tahun lalu masih dibawah target yang dicanangkan perusahaan 32 pemboran sumur eksplorasi. Sementara untuk pekerjaan survei seismik 3D realisasinya tahun lalu selusa 1.512 km2 atau tumbuh 268% jika dibandingkan realisasi tahun 2022 yakni hanya seluas 411 km2. Namun demikian realisasi 2023 survei seismiknya tidak mencapai target yang dicanangkan manajemen yakni seluas 1.911 km2.

Peningkatan investasi eksolorasi dibarengi dengan efisiensi biaya. PHE mencatat finding cost terus menurun ditengah peningkatan investasi. Tahun 2023 lalu finding cost tercatat US$0,76/barel menurun dibandingkan tahun 2022 lalu yang tercatat sebesar US$0,94/ barel atau turun 18%.

“Untuk temukan 1 barel hanya keluarkan US$0,76 artinya kita on the track lebih efisien ke depan,” ungkap Muharram. (RI)