TEXAS – Niat PT Pertamina (Persero) untuk mengimplementasikan energi rendah emisi melalui teknologi Carbon Capture Utilization Storage (CCUS)  dengan menggandeng ExxonMobil, perusahaan migas raksasa asal Amerika Serikat mulai menunjukkan kemajuan. Setelah dilakukan Memorandum of Understanding (MoU) beberapa waktu lalu kini kedua perusahaan menandatangani perjanjian untuk melakukan studi bersama untuk mengkaji penerapan teknologi rendah emisi dalam skala besar termasuk CCUS dan produksi hidrogen.

Dalam keterangan resmi ExxonMobil, perjanjian studi ini ditandatangani di Texas, Amerika Serikat oleh Nicke Widyawati Direktur Utama Pertamina dan Irtiza Sayyed, Presiden Direktur Exxonmobil Indonesia yang disaksikan juga oleh Luhut Binsar Pandjaitan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Jack Williams, Senior Vice President Exxon Mobil Corporation.

Dan Amman, President Exxon Mobil Low Carbon Solution, mengungkap kerjasama ini langkah maju untuk bisa mendukung Indonesia menjadi pemain utama untuk menurunkan emisi.

“Ekspansi CCS (Carbon Capture and Storage) di Asia Tenggara akan mendukung rendahnya emisi karbon di masa depan. Pemerintah swasta masyarakat harus bekerja sama untuk mewujudkan hal tersebut,” ungkap Dan, (14/5).

Proses bisnis emisi rendah karbon yang kini dijalankan Exxon yakni dengan menyerap CO2 yang dihasilkan oleh industri yang biasanya langsung menyebar dan terlepas ke atmosfer. Dengan teknologi yang dikembangkan, CO2 tersebut diserap dan diinjeksikan kembali ke dalam tanah sehingga bisa tersimpan dengan aman di sana.

Exxon menegaskan CCS merupakan teknologi yang sudah terbukti cocok diterapkan di sektor yang biasanya menghasilkan emisi tinggi seperti manufaktur, generator listrik, kilang, petrokimia baja dan industri semen.

Komersialisasi CCS selain menekan emisi diyakini juga mampu menciptakan industri baru yang juga bisa menghasilkan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. (RI)