JAKARTA – Ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) bakal berakhir Mei mendatang atau sekitar 10 minggu lagi. Namun hingga kini belum ada kejelasan dari pemerintah apakah bakal kembali memberikan relaksasi izin ekspor atau tidak lantaran pembangunan smelter Freeport di Gresik dipastikan belum rampung sebelum Mei nanti.

Bambang Suswantono, Plt Dirjen Mineral dan Batu bara (Minerba), mengaku juga belum ada arahan khusus dari pimpinan untuk membahas kelanjutan ekspor Freeport. Apalagi dari sisi aturan juga hingga kini belum ada yang mengatur kasus seperti yang dialami Freeport sekarang.

“Relaksasi sampai sekarang belum ada ketentuan apapun terkait dengan perpanjangan relaksasi setelah tanggal 31 Mei 2024,” kata Bambang disela rapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (19/3).

Menurut dia pemerintah juga belum membahas secara detail langkah apa yang akan diambil untuk kasus Freeport ini. Dia menolak memberikan kepastian apakah relaksasi ekspor diberikan seperti sebelum-sebelumnya. “Kalau misalnya terkait dengan apakah nanti diberikan lagi kita belum tahu karena memang sampai saat ini belum ada aturan apapun untuk memperpanjang relaksasi setelah tanggal 31 Mei 2024,” tegas Bambang.

Kebijakan izin ekspor sendiri selalu diberikan pemerintah dengam catatan sampai Freeport menyelesaikan pembangunan smelter barunya di Grresik. Setelah berkali-kali pembangunan alami kemunduran, pemerintah pun selalu memberikan relaksasi ekspor.

Manajemen Freeport sendiri menyatakan smelter terbarunya di Manyar, Gresik, Jawa Timur sudah siap beroperasi pada Juni 2024.

Jenpino Ngabdi, Wakil Presiden Direktur Freeport Indonesia, mengatakan pembangunan smelter berjalan lancar dan sesuai target dan baru berproduksi dua bulan setelah mulai beroperasi. “Progress pembangunan smelter saat ini sesuai dengan rencana dan siap beroperasi di Juni 2024. Smelter akan mulai berproduksi di Agustus 2024 dan selanjutnya ramp up mencapai kapasitas penuh pada akhir Desember 2024,” kata Jenpino.

Pembangunan smelter merupakan mandat Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI. Smelter berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. PTFI telah menanamkan investasi hingga US$3,1 miliar atau setara Rp48 triliun per akhir Desember 2023. Ini merupakan smelter kedua PTFI setelah smelter pertama dibangun pada 1996 dan dikelola oleh PT Smelting. Smelter tembaga dengan Design Single Line terbesar di dunia ini nantinya mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun. Produk utama smelter adalah katoda tembaga, emas dan perak murni batangan, serta PGM (Platinum Group Metal). Produk samping antara lain asam sulfat, gipsum,dan timbal.