JAKARTA – Harga batu bara untuk proyek hilirisasi industri kimia berbasis batu bara (coal to chemical plant) diminta tidak dikenakan royalti. Melalui teknologi gasifikasi, batu bara akan diubah sebagai feedstock untuk menjadi urea, dimethyl ether (DME) dan polypropelene.

Suhat Miyarso, Vice President Corporate Relations PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), mengatakan investasi untuk pengembangan industri kimia berbasis batu bara cukup besar. Kawasan industri harus berdekatan dengan lokasi tambang sehingga memerlukan infrastruktur penunjang yang memadai.

“Perlu infrastrukur untuk supply air listrik gas logistik dan lainnya. Kita minta harga batu bara tidak dikenai royalti agar feasible,” kata Suhat kepada Dunia Energi, Selasa (24/4).

Proyek coal to chemical plant merupakan upaya PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dalam mengembangkan peluang bisnis dari rencana industri hilirisasi batu bara. Chandra Asri telah menandatangani Head of Agreement dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero), dan PT Pupuk Indonesia (Persero) untuk mendirikan coal-to-chemical-plant di Mulut Tambang Batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Suherman, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, mengatakan besaran investasi saat ini belum ditentukan.  Untuk harga batu bara dan bentuk kerja sama nantinya akan tergantung dari kajian kelayakan proyek.

Sudirman mengatakan, besaran investasi belum ditentukan. Saat ini masih dalam tahap bankable feasibility study (FS) dan diharapkan akhir 2018 ini selesai.

“Setelah itu baru masuk kajian detail dan penentuan besaran investasinya. Harga dan bentuk kerjasamanya semua sangat tergantung hasil bankable FS,” kata dia.

Melalui proyek coal to chemical plant, batu bara akan diubah sebagai feedstock untuk menjadi urea dengan kapasitas 500 ribu ton per tahun, DME dengan kapasitas 400 ribu ton per tahun dan polypropelene dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, yang direncanakan commercial operation date (COD) pada bulan November 2022. Nantinya, proyek ini akan menempati lahan di suatu Kawasan Industri Berbasis Batubara Bukit Asam (Bukit Asam Coal Based Industrial Estate) seluas 1500 hektar.

“Kami harapkan agar coal to olefins segera terwujud sehingga  industri lebih kuat karena tidak tergantung pada naphtha saja,” kata Suhat.(RA)