JAKARTA – Badan Geologi Kementerian ESDM hadir di Pos Pengamatan Gunung Semeru untuk merespons kondisi pasca erupsi.

Eko Budi Lelono, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, mengatakan pihaknya menyampaikan peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang merupakan upaya mitigasi dari Badan Geologi terkait dengan potensi bahaya dari Gunung Semeru. Pada peta KRB Semeru dapat terlihat daerah yang rawan bencana dan daerah yang aman dari bencana. Peta tersebut penting karena kondisi saat ini sangat membutuhkan data terkait jalur evakuasi dan lokasi pengungsian yang aman dari potensi bahaya erupsi.

“Jadi dari situ (peta KRB Semeru) dapat dilihat area mana saja yang rawan terhadap bencana dan area mana saja yang relatif aman dari bencana. Itu penting karena sekarang dengan kondisi saat ini di mana ada masyarakat yang terdampak erupsi kemarin jadi memerlukan data-data terkait jalur evakuasi dan juga tempat-tempat relokasi atau penampungan pengungsi sementara yang aman,” kata Eko Budi, yang meninjau langsung kondisi daerah terdampak erupsi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa(7/12).

Eko Budi dan Andiani, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), melakukan koordinasi dengan Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, juga dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, terkait upaya mitigasi, evakuasi, dan keselamatan masyarakat.

Adapun lokasi-lokasi untuk pengungsian ditentukan berdasarkan rekomendasi Badan Geologi melalui peta KRB yang telah diterbitkan untuk menghindari potensi bahaya yang dapat terjadi selanjutnya.

“Penentuan lokasi pengungsian didasarkan peta KRB yang sudah dikeluarkan oleh Badan Geologi. Peta KRB ini akan dijadikan acuan untuk menentukan lokasi-lokasi yang rawan untuk ditempatkan sebagai lokasi pengungsian. Masyarakat juga dapat melihat peta KRB ini melalui aplikasi MAGMA Indonesia dan website PVMBG (vsi.esdm.go.id),” ujar Andiani.

Andiani menjelaskan bahwa ke depan masih terdapat potensi bahaya awan panas guguran (APG) dan banjir lahar dingin. Oleh karena itu Badan Geologi masih terus melakukan pengamatan terhadap aktivitas Gunungapi Semeru selama 24 jam setiap harinya.

Ia menekankan bahwa potensi terjadinya APG masih ada tetapi sulit untuk menentukan waktu terjadinya. Oleh karenanya, pihak PVMBG akan terus melakukan monitoring, jadi ketika menjelang APG terjadi, memiliki alat-alat yang dapat mencatat getaran-getaran, dan setelah alat tersebut mencatat getaran segera akan disampaikan melalui grup WhatsApp untuk segera disebarluaskan kepada masyarakat. Selain itu, juga ada potensi bahaya banjir lahar, karena di daerah hulu atau bagian puncak gunung masih ada material hasil erupsi dengan volume yang cukup banyak.

“Sehingga apabila dengan curah hujan yang saat ini masih cukup tinggi, sesuai laporan dari Kepala BMKG, tentunya potensi lahar juga masih tinggi, utamanya adalah pada bukaan kawah yang mengarah ke bagian selatan dan tenggara, di antaranya melalui sungai Besuki-Kobokan,” ujar Andiani.

Menurut Andiani, kunjungan ke lapangan, terutama daerah Besuk Kobokan yang merupakan daerah aliran APG, adalah untuk melakukan orientasi sebagai upaya untuk update peta KRB Gunungapi Semeru. “Harapan kami, peta terbaru dapat digunakan sebagai acuan oleh Pemerintah Daerah dan stakeholder yang memiliki kepentingan dalam perkembangan wilayah Semeru,” ujar Andiani.

Peta KRB Semeru dan monitoring Gunung Semeru yang dilakukan selama 24 jam setiap harinya termasuk dalam peringatan dini yang telah dilakukan oleh Badan Geologi. Selain itu, komunikasi juga terus dilakukan oleh para Pengamat Gunungapi Semeru dengan stakeholder di daerah terkait aktivitas Gunungapi Semeru.

“Sebelum erupsi tanggal 4 Desember 2021 lalu, sudah dilakukan komunikasi yang demikian intensif dan kami sudah lakukan diskusi dengan Pemerintah Daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di wilayah, semua sudah mengatakan informasi yang disampaikan Badan Geologi sudah tersampaikan ke masyarakat,” ujar Ediar Usman, Sekretaris Badan Geologi.(RA)