JAKARTA – Setiap negara termasuk Indonesia terus betupaya melakukan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan dalam rangka pengadaan energi bersih. Indonesia termasuk negara yang berada di garis Khatulistiwa, dengan kondisi alam melimpah. Matahari bersinar, angin yang memadai, hingga air yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Namun, walaupun didukung dengan kondisi alam yang memadai, transisi energi bukanlah perkara mudah.

Diperlukan sosialisasi Energi Baru Terbarukan (EBT) dan energi hijau untuk mengurangi pemanasan global. Salah satunya adalah upaya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang ditempatkan sebagai proyek strategis nasional transisi energi bersih oleh pemerintah, yang diantaranya dapat dilakukan dengan pemanfaatan pemasangan panel surya sebagai kunci dari transisi energi bersih dan terbarukan.

Implementasi panel surya sudah banyak dikembangkan, mulai dari sumber listrik untuk green building hingga sumber energi untuk penerangan lalu lintas dan fasilitas umum lainnya. Salah satu yang menawarkan solusi dari pembangkit listrik tenaga surya adalah Suryanesia, perusahaan rintisan energi terbarukan di bidang panel surya. Suryanesia mempunyai visi mengurangi pemanasan global dengan PLTS sebagai kunci dari transisi energi bersih dan berkelanjutan melalui pemasangan panel surya.

“Suryanesia berkomitmen untuk membantu pemerintah dalam pencapaian strategis nasional transisi energi bersih. Kami hadir dengan solusi dan teknologi untuk membantu konsumen atau perusahaan dalam meningkatkan keuntungan dan mendukung energi berkelanjutan,” ungkap Rheza Adhihusada, Founder dan CEO Suryanesia, dalam dialog bisnis CEO Breakfast Forum yang bertema ‘Memulihkan dan Meningkatkan Penghijauan: Transisi Energi Tanpa Batas untuk Sektor Manufaktur Indonesia’ , di Menara Kadin Jakarta, Kamis(28/7)

Rheza mengatakan bahwa Suryanesia melalui Solar as a Service berinvestasi, mendesain, menginstalasi, mengoperasikan Dan memelihara PLTS dengan kontrak 25 tahun. Selain mendukung energi hijau, memasang panel surya juga dapat menghemat biaya listrik dengan proses instalasi dan pengoperasian yang mudah.

Menghadirkan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, serta Ketua Net Zero Hub Kadin Indonesia M Yusrizki, CEO Breakfast Forum diselenggarakan dalam upaya memberikan informasi dan solusi transisi energi tanpa batas untuk mendorong pertumbuhan terukur yang berkelanjutan bagi sektor manufaktur Indonesia.
Sedikitnya ada 70 peserta dari minimal 55 perusahaan yang berasal dari sektor manufaktur otomotif dan suku cadang, industri plastik dan karet, makanan dan minuman, tekstil, dan perusahaan manufaktur konsumsi energi lainnya.

M Yusrizki menyampaikan bahwa CEO Breakfast Forum dirancang untuk meningkatkan kesadaran tentang urgensi transisi energi menuju energi hijau di sektor manufaktur Indonesia.
“Kadin juga mempunyai inisiatif untuk membantu perusahaan-perusahaan termasuk UKM untuk melakukan transisi dan mendukung pencapaian Indonesia net zero emission di 2060 atau lebih awal. Ini merupakan aksi nyata kolaborasi pemerintah, swasta dan masyarakat,” ujarnya.

Di kesempatan yang sama, diadakan penandatanganan perjanjian kerja sama sewa PLTS Atap antara Suryanesia dengan PT PIM Pharmaceuticals dan PT Helmigs Prima Sejahtera, salah satu grup perusahaan farmasi terbesar dan tertua di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1934.

Sustainability di bidang green energy merupakan legacy kami, dimulai dari penggunaan listrik yang dihasilkan panel surya untuk kebutuhan kantor. Ini merupakan misi kami untuk menerapkan proses bisnis yang berkelanjutan dengan menggunakan green energy yang ramah lingkungan,” ujar Tirta Kusuma, Direktur PIM Pharmaceuticals.

Rheza menambahkan, pemasangan panel surya tidak hanya berkontribusi dalam memberikan bauran energi secara nasional, tapi juga memberikan alternatif energi bersih dan ramah lingkungan.
“Diperlukan komitmen bersama dari pemerintah, masyarakat juga pemangku bisnis untuk transisi menuju energi hijau dan berkelanjutan, demi mewujudkan dunia yang masih layak huni untuk generasi mendatang,” kata Rheza.(RA)