Berdiri sejak tahun 1994, PT Paiton Energy bergerak di bidang pembangkit listrik dan saat ini memiliki serta mengoperasikan tiga Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, Unit 3 – 7 – 8, di Kompleks Tenaga Paiton di Probolinggo, Jawa Timur. Paiton Energy menjadi yang pertama dan salah satu Independent Power Producer (IPP) terbesar yang beroperasi di Indonesia. Menghasilkan sekitar 13.500 GWh listrik per tahun, PLTU Paiton Energy berkontribusi 10% dari konsumsi listrik tahunan di Pulau Jawa dan Bali.

Paiton Energy bekerja sama dengan PT PLN (Persero) dengan menyediakan listrik 2.045MW atau sekitar 6% dari total Kapasitas terpasang di Pulau Jawa. Berdasarkan Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement /PPA) jangka panjang, Paiton Energy memiliki pembangkit listrik yang andal dan berkelanjutan untuk menyalurkan listrik kepada masyarakat Indonesia.

Paiton Energy terus berupaya dan memberikan yang terbaik dalam menghasilkan tenaga dan mengutamakan keberlanjutan serta bertanggung jawab terhadap lingkungan sepanjang prosesnya. Upaya tanpa batas pun dilakukan untuk dapat diandalkan, berkelanjutan, profesional, produsen listrik ramah lingkungan yang memberikan energi yang kuat untuk negara.

Untuk membedah upaya Paiton Energy untuk menjadi pemasok listrik terkemuka di Indonesia, wartawan Dunia Energi Yurika Indah Prasetianti mewawancarai Chief Financial Officer (CFO) Paiton Energy Bayu Widyanto di sela acara Journalist Trip di Probolinggo, Jawa Timur, belum lama ini.

Berikut petikan wawancaranya.

Paiton Energy merupakan IPP terbesar yang beroperasi di Indonesia, sejak kapan PLTU Paiton Energy beroperasi? Bagaimana komposisi pemegang saham perusahaan saat ini?
PT Paiton Energy merupakan assets owner (pemilik asset) PLTU Unit 3, 7 dan 8 yang berada di Paiton complex di Probolinggo. Pengoperasian dan pemeliharaannya dilakukan oleh PT Paiton Operation & Maintenance Indonesia (POMI) sebagai operation and maintenance company. Komposisi pemegang saham antara Paiton Energy dan POMI mempunyai beberapa kesamaan. Paiton Energy mengoperasikan PLTU Unit 7 dan 8 dari tahun 1999. Unit 7 dan 8 mempunyai kapasitas masing-masing sebesar 615 Megawatt (MW). Untuk PLTU Unit 3 beroperasi pada tahun 2012, dengan kapasitas sebesar 815 MW. Jadi, total kapasitas PLTU yang dioperasikan oleh Paiton Energy sebesar 2.045 MW. Pemegang saham saat ini antara lain Mitsui.Co.Ltd sebesar 45,5 %, PT Medco Daya Energi Sentosa 28,5 %, Nebras Power Qatar 26 %.

Paiton Energy merupakan IPP yang berkontrak dengan PLN dalam bentuk Power Purchase Agreement (PPA). Kontrak akan berakhir di 2042.

Berapa daya listrik yang dihasilkan pembangkit listrik Paiton Energy?
Listrik yang dihasilkan dari kami (Paiton Energy) itu 10 % nya sistem kelistrikan Jawa -Bali, kurang lebih 13.500 Gigawatt Hour per tahun yang dideliver ke PLN.

Berapa kebutuhan batu bara per tahun nya?
Kebutuhan batu bara untuk tiga unit pembangkit itu sebesar kurang lebih 7 juta ton per tahun. Ada spesifikasi batu bara untuk masing-masing pembangkit, tergantung teknologinya. Main supplier adalah Adaro, Kideco, dan KPC. Sekarang sudah ada beberapa pemasok alternatif seperti Jembayan, Mitrabara, Alhasani, dan beberapa coal supplier lain. Batubara dari Adaro adalah coal design waktu kita bangun pembangkit listrik Unit 7 dan 8. Saat ini masih dengan Adaro, tapi kami tetap harus catch up dengan perkembangan teknologi, dinamika pasar dan kondisi saat ini. Di PPA diatur main supplier nya siapa, alternatif supplier nya siapa, dan itu harus ada approval dari PLN juga. Kontrak-kontrak terkait batu bara itu PLN juga terlibat.

Harga batu bara saat ini sedang melonjak tinggi, bagaimana dampaknya terhadap pasokan bahan bakar pembangkit listrik Paiton Energy?
Untuk harga batu bara kan sudah diatur dengan Permen ESDM, harga domestik sudah di cap. Harga market memang tinggi, tapi yang kami pakai adalah harga domestik, tidak pengaruh ke beban kami. Tapi pengaruh dalam mencari supplier. Sulit dalam mencari coal alternative supplier karena ketersediaan coal untuk domestik itu terbatas. Kondisi saat ini sudah teratasi, pemerintah juga sudah ada wacana untuk BLU. Ini antisipasi Pemerintah untuk amankan permintaan stok batu bara dalam negeri.

BLU belum diterapkan. Tapi kami melihatnya sebagai upaya positif. Kita lihat saja nanti.

Bagaimana tanggapan terhadap rencana Pemerintah untuk menerapkan kebijakan pensiun dini PLTU?
Pensiun dini PLTU memang menjadi hot topic. Ini terkait dengan net zero emission. Kami sebagai IPP tentu saja harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku. Tapi di satu sisi Pemerintah juga harus menghormati kontrak yang ada. Memang untuk wacana ini beberapa kali kami diundang ikut Forum Group Discussion, workshop, terutama untuk menyuarakan concern-concern nya apa. Sudah ada beberapa mekanisme transisi energi yang diperkenalkan oleh Pemerintah, PLN juga punya beberapa opsi. Skema blended financing juga sudah tersedia. Sudah ada contohnya, PLN sudah tandatangan dengan PTBA (PT Bukit Asam Tbk) untuk principal framework agreement.

Sampai saat ini Paiton Energy sebagai IPP baru diajak bicara untuk masukan. Awalnya early retirement ini masih voluntary, lalu kemudian ada Perpres no.112/2022 muncul mengenai akselerasi untuk renewable energy. Dan Pemerintah mulai lebih fokus kesitu, dengan early retirement PLTU. Menurut saya perlu waktu lah. Dan itu harus disetujui kedua belah pihak antara IPP, PLN dan Pemerintah.

Apakah ada rencana pengembangan PLTU baru?
Paiton Energy tidak ada rencana untuk membangun PLTU baru. Karena dari sisi financing juga akan semakin sulit. Dan itu harus masuk dalam RUPTL, ini akan sulit karena pemerintah sudah menetapkan pembangunan PLTU baru harus yang sudah masuk dalam RUPTL. Jadi Paiton Energy hanya PLTU eksisting saja.

Bagaimana dengan pengembangan co-firing PLTU?
Co-firing sudah diterapkan oleh PJB di PLTU Paiton Unit 1,2. Tapi untuk co-firing bahan bakunya agak susah. Lalu ada komponen C di PPA. Di PPA itu bahan baku batu bara di passthrough ke PLN, kalau bahan baku biomass untuk co-firing itu kan harganya lebih tinggi, itu mekanismenya bagaimana belum ada pembicaraan. Kalau dari informasi yang kami dapat, harus ditanggung sendiri oleh perusahaan.

Bayu Widyanto, Chief Financial Officer Paiton Energy.

Ada rencana diversifikasi bisnis ke Energi Terbarukan?
Itu sesuatu yang sempat ditanyakan ke kami sebagai pelaku industri. Lalu, apakah dengan PLTU early retirement nanti nya akan secure investasi nya, untuk kemudian melakukan investasi di renewable energy? Ini sesuatu yang belum dapat jawaban clear dari pemerintah.
Kembali lagi, kami terikat PPA, ada limitasi dari kontrak PPA untuk hal-hal tertentu. Harus ada approval dari PLN, Pemerintah.
Setelah kontrak PPA berakhir, semua dikembalikan ke PLN dan Pemerintah. kecuali kalau kami ikut early retirement dan ada investasi yang bisa dikembangkan untuk renewable energy, dan periode kontrak bisa dipanjangkan. Tapi itu masih jauh ya.

Apa saja upaya Paiton Energy mendukung Net Zero Emissions?
Untuk carbon emission reduction, kami mempunyai banyak inisiatif baik di luar plant, maupun di dalam plant. Jadi kami tidak tinggal diam untuk carbon emission reduction. Di dalam plant banyak inisiatif yang berkaitan dengan technical operation yang terkait dengan carbon emission reduction.

Di luar plant, kami punya Solar PV, saat ini baru 1 MW. Tapi akan dikembangkan lagi 4 MW yang saat ini sedang dalam proses. Solar PV 1 MW ini berada baik di area plant, di rooftop kantor, juga di area perumahan karyawan. Itu semua untuk penggunaan sendiri.
Di Kampung Blekok ada kawasan mangrove yang kami bangun untuk carbon capture. Ada pula hutan rakyat di Selobanteng, untuk peruntukan carbon capture. Bis listrik juga ada untuk karyawan, baru ada 1, dan sangat efektif.

Di Jakarta kami bekerjasama dengan Universitas Indonesia (UI) untuk waste to energy project. Jadi, dari sampah kemudian dikonversi menjadi listrik. Kami investasi alat-alat mesin dan segala macam termasuk studi dan riset dari pihak UI, untuk kemudian dengan menggunakan sampah sebagai bahan dasar dikembangkan sehingga menghasilkan listrik. Saat ini kami juga sedang jajaki kerjasama dengan pihak Kebun Binatang Ragunan untuk waste to energy project, karena banyak kotoran hewan yang bisa dijadikan bahan bakar untuk menghasilkan listrik. Kemudian kami juga telah menyumbangkan golfcart untuk Kebun Binatang Ragunan, serta electric bike untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jadi, padaintinya program Paiton Energy adalah untuk mengurangi konsumsi listrik dari batubara.

Bagaimana iklim ivestasi di indonesia saat ini? Apa harapan ke depannya?
Investor tentu saja mengharapkan iklim investasi yang terbuka, yang memberikan win – win position untuk Pemerintah dan investor. Yang pasti harus comply dengan undang-undang yang berlaku. Jadi iklim investasi tetap baik, tapi tidak keluar dari aturan Perundang-undangan yang berlaku. Transparansi itu penting bagi investor. Itu harapan kepada Pemerintah.