PEKANBARU – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) akhirnya secara resmi menyerahkan dokumen rencana pengembangan (plan of development/ POD) dari proyek Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) Tahap 1 di Lapangan Minas Wilayah Kerja (WK) atau blok Rokan, Riau. Dokumen POD diserahkan oleh Direktur Utama PHR Jaffee A. Suardin kepada Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam kunjungan kerja di Kompleks PHR di Rumbai, Pekanbaru, pada Senin (8/8).

“Pengembangan CEOR merupakan bagian dari Komitmen Kerja Pasti, atau KKP, PHR kepada pemerintah untuk peningkatan cadangan dan/atau produksi dalam periode lima tahun pertama sejak alih kelola WK Rokan pada 9 Agustus 2021 lalu,” ungkap Jaffee, Senin (8/8).

PHR berencana menjalankan CEOR Tahap 1 melalui injeksi perdana surfaktan di Lapangan Minas sekitar akhir 2025 guna memenuhi tata waktu sesuai KKP.

Rencana pelaksanaan EOR Tahap 1 mencakup 37 sumur termasuk sumur produksi, injector, observasi, dan disposal dengan menerapkan konfigurasi sumur berpola 7 spot inverted irregular. Surfaktan dialirkan ke dalam sumur minyak untuk melepaskan sisa-sisa minyak yang terperangkap dalam pori-pori batuan di reservoir. Surfaktan bekerja menurunkan tegangan antar muka antara minyak bumi dengan air sehingga dapat meningkatkan perolehan minyak bumi.

Sementara itu, Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas menuturkan pengembangan CEOR di Minas merupakan salah satu upaya optimalisasi produksi WK Rokan yang masih memiliki potensi besar. “Untuk mendukung proyek ini, SKK Migas juga akan bekerja secara cepat dan cermat dalam melakukan review serta memberikan persetujuan dokumen yang disampaikan PHR. Secara optimis akan kami selesaikan dalam waktu yang sesingkat mungkin,” ujarnya.

Dwi menegaskan PHR telah menyatakan komitmennya untuk menjadi salah satu penopang utama long term plan untuk mendukung upaya pencapaian target produksi minyak nasional 1 juta barel per hari dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030 mendatang.

“Kami atas nama manajemen SKK Migas juga mengucapkan selamat atas berjalannya satu tahun pengelolaan WK Rokan oleh PHR, dimana dalam prosesnya, PHR mampu melakukan aktifitas pengeboran yang masif dan agresif. Kedepan kami berharap PHR juga mampu menjawab tantangan penerapan CEOR di Indonesia dengan memberikan bukti bahwa anak bangsa mampu melakukan hal tersebut di tanah air,” jelas Dwi.

Kesinambungan dan keberhasilan penerapan CEOR akan menjadi harapan baru untuk meningkatkan jumlah minyak yang dapat diproduksikan (recovery factor) dari lapangan-lapangan tua di WK Rokan khususnya, dan industri perminyakan di Indonesia pada umumnya.

Selain CEOR, optimalisasi potensi WK Rokan ditempuh melalui rencana kerja yang masif dan agresif, di antaranya optimalisasi base production, pengerjaan ulang sumur (workover), pengeboran sumur baru dan sisipan, teknologi injeksi air dan uap, hingga pengembangan potensi Migas Non Konvesional (MNK). WK Rokan memiliki peran strategis dalam konteks ketahanan energi nasional dan juga kontribusinya terhadap pendapatan negara melalui bagi hasil minyak dan pajak.

“Saat ini WK Rokan berkontribusi sekitar seperempat dari total produksi nasional dan sepertiga dari total produksi minyak Pertamina. Dan, seluruh hasil produksi WK Rokan dikirimkan ke kilang-kilang domestik Pertamina untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dan ketahanan energi di tanah air.,” kata Dwi.

Penyerahan dokumen POD ini sendiri sebenarnya molor dari rencana awal. Pertamina sebelumnya menargetkan bisa menyerahkan dokumen POD EOR di Blok Rokan pada tahun 2021 dan bisa mendapatkan persetujuan dari SKK Migas di akhir tahun lalu.

Dalam sebuah diskusi pada November tahun lalu, Dwi mengungkapkan SKK Migas semula menargetkan persetujuan PoD bisa diberikan oleh pemerintah pada akhir tahun ini. Namun realisasi yang terjadi pihak Pertamina Hulu Rokan (PHR) justru menyanggupi baru menyodorkan PoD pada desember mendatang.

“PoD kita targetkan approve tahun ini. Tapi PHR minta submit akhir tahun barangkali Januari (persetujuan),” kata Dwi kala itu.

Salah satu tantangan lain yang dihadapi PHR untuk menjalankan chemical EOR adalah ketersediaan pasokan bahan kimia yang dibutuhkan. PHR diketahui hingga kini belum mencapai kata sepakat dengan Chevron Oronite perihal pasokan bahan kimia yang selama ini dipasok ke blok Rokan. (RI)