DUNIA tidak berhenti melirik Indonesia. Berbagai potensi yang dimiliki, mulai dari sumber daya alam maupun sumber daya manusia, membuat Indonesia semakin menjadi sorotan. Indonesia diyakini mampu berbicara banyak di level internasional, bahkan  menjelma jadi salah satu negara maju di masa depan.

“Indonesia memiliki potensi yang besar, dan saya rasa kita melalui Tesla dan Space X akan mencoba beberapa kerja sama dengan Indonesia.”

Itu adalah kesan yang digambarkan oleh Elon Musk, pendiri Tesla dan Space X, saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo akhir pekan lalu di kantornya di Gedung Stargate Space X, Boca Chica, Texas, Amerika Serikat, Sabtu(14/5).

Sekelas Elon, yang merupakan salah satu orang paling berpengaruh di dunia saat ini ,untuk urusan teknologi secara terang-terangan menganggap Indonesia memiliki potensi besar untuk bisa terus berkembang. Elon tentu tidak bicara omong kosong. Fokus bisnisnya di teknologi, salah satunya kendaraan listrik, membuatnya tidak main asal pilih mitra dalam berbisnis. Seperti diketahui komponen utama pembuatan mobil maupun baterainya bahan bakunya adalah nikel yang tersedia banyak di Indonesia.

Jika memang Elon bakal memilih Indonesia menjadi salah satu mitranya dalam pengembangan kendaraan listrik, tentu ini bisa jadi peluang besar dalam percepatan pengembangan kendaraan listrik Tanah Air.  Hanya saja harus diketahui, sebelum dilirik Elon, Indonesia sudah terlebih dulu memiliki peta jalan (road map) penggunaan kendaraan listrik. Beberapa tahun terakhir road map ini terus diperbarui, bahkan implementasinya terus dipercepat dengan penyediaan berbagai fasilitas pendukung.

Pemerintah dan para pemangku kepentingan sudah sadar betul perlu ada penciptaan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi jika mau kendaraan listrik menggantikan seniornya kendaraan berbahan bakar fosil (BBM).

Banyak manfaat dari penggunaan kendaraan listrik. Paling utama tentu akan mendukung pengurangan impor BBM dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Setop impor BBM khususnya gasoline diharapkan dapat terjadi sebelum 2030. Ke depan, pemanfaatan kendaraan listrik ditargetkan meningkat signifikan, dan tidak kalah penting penggunaan kendaraan listrik sekaligus mendukung target net zero emission pada 2060.

Proyeksi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam Grand Strategi Energi Nasional, pada 2030 jumlah mobil listrik ditargetkan 2,2 juta unit, dan motor listrik sekitar 13 juta unit. Pada tahun yang sama, target penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sekitar 31.859 unit dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik (SPBKLU) sekitar 67 ribu unit. Jumlah kendaraan listrik ini diharapkan bisa menekan impor BBM sekitar 6 juta kilo liter pada tahun tersebut.

Berdasarkan data PT PLN (Persero), hingga kini sudah tersedia 128 SPKLU yang tersebar di 97 lokasi di 48 kota.

SPKLU yang dibangun PLN sudah tersedia di berbagai lokasi di Jakarta (Foto/Dok/PLN)

Pemerintah sudah menyiapkan berbagai jurus untuk bisa meningkatkan minat masyarakat menggunakan kendaraan listrik. Pertama, terkait aspek regulasi, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (battery electric vehicle) untuk Transportasi Jalan, dan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 13 tahun 2020 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

Kedua, terkait insentif perpajakan juga diterapkan PPnBM 0% untuk kendaraan bermotor berteknologi Battery Electric Vehicles (BEV) atau fuel cell electric vehicle. Ketiga, terkait industri kendaraan listrik, sedang dibangun pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat. Untuk mendorong hilirisasi mineral, melalui Indonesia Battery Corporation (IBC), ekosistem industri kendaraan listrik dibangun mulai dari pertambangan, apalagi produksi nikel Indonesia salah satu yang terbesar dunia.

Keempat, terkait SPKLU juga telah disiapkan tiga skema bisnis. Secara umum, ada skema provider (Badan Usaha SPKLU menyediakan listrik sendiri dan menjual ke konsumen kendaraan listrik), atau skema retailer (Badan Usaha SPKLU membeli listrik dari PLN/Wilus lain dan menjual listriknya ke konsumen kendaraan listrik), atau skema kerjasama (menjadi mitra PLN/Wilus lain dalam menjual listrik ke konsumen kendaraan listrik). Terkait regulasi SPKLU lebih detail terdapat pada Permen ESDM Nomor 13/2020.

Kelima, PLN memberikan diskon tarif listrik 30% bagi para pemilik mobil listrik di malam hari mulai pukul 22.00 hingga 05.00 (home charging). Selain itu, pemilik mobil listrik juga bisa mendapatkan biaya tambah daya listrik di rumah yang lebih murah. Sedangkan untuk charging di SPKLU, fast charging atau ultra fast charging tarifnya sekitar Rp2.460 per kWh atau relatif murah dibandingkan di negara-negara lain yang rata-ratanya sekitar Rp5.000 per kWh. Di Amerika tarifnya kisaran Rp4.010 sampai dengan Rp10.247 per kWh.

Keenam, benefit bagi pengguna mobil listrik. Biaya bahan bakar kendaraan listrik lebih murah. Misalnya jarak tempuh kita sehari 30 kilometer. Jika mobil konvensional jarak 30 kilometer konsumsi BBM jenis Pertalite sekitar 2,5 liter atau Rp20.000. namun jika menggunakan kendaraan listrik biayanya hanya sekitar Rp7.000, plus bebas emisi dan ramah lingkungan dan yang tidak kalah penting bagi masyarakat kota seperti sekarang jika gunakan kendaraan listrik terbebas aturan ganjil genap.

Penciptaan ekosistem kendaraan listrik kini jadi pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan. Presiden Jokowi di sela Peluncuran Kolaborasi Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik beberapa waktu lalu menyatakan Pemerintah sangat serius untuk masuk kepada energi baru terbarukan, termasuk didalamnya adalah menuju kepada kendaraan listrik. Peran serta badan usaha sangat krusial untuk bisa mewujudkan target tersebut.

Presiden berharap melalui pembangunan ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir tersebut, Indonesia dapat menjadi produsen kendaraan listrik. Selain itu, target emisi karbon berada di angka nol (net zero carbon) pada 2060 juga dapat terwujud.

“Kita targetkan nanti pada 2025, dua juta kendaraan listrik bisa digunakan oleh masyarakat kita Indonesia dan selanjutnya kita akan menuju ke pasar-pasar ekspor. Sekali lagi saya sangat menghargai upaya ini,” ungkapnya.

Sudah bukan rahasia umum lagi penggunaan kendaraan listrik di Tanah Air boleh jadi cukup sulit direalisasikan. Selain harganya yang masih mahal, ketersediaan fasilitas pendukung juga jadi alasan. Untuk itu road map yang telah disusun tadi diharapkan jadi solusi permanen dalam penggunaan kendaraan listrik.

Idoan Marciano, Peneliti dari Institute for Essential Services Reform (IESR), dalam studinya “Mengembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia Pelajaran dari Pengalaman Amerika Serikat, Norwegia dan Cina” mengungkapkan ekosistem kendaraan listrik mencakup beberapa aspek yaitu infrastruktur pengisian daya, model dan pasokan kendaraan listrik, kesadaran dan penerimaan publik, rantai pasokan baterai dan komponen kendaraan listrik serta insentif dan kebijakan pendukung dari pemerintah.

Kesadaran dan penerimaan publik ternyata jadi unsur penting dalam penggunaan kendaraan listrik. Minat tersebut harus terus dijaga dan didorong. Sosialisasi secara masif tidak boleh kendur. Salah satu momentum penting dalam sosialisasi penggunaan kendaraan listrik adalah gelaran Formula E 2022 di Jakarta. Formula E bukanlah gelar balap mobil listrik biasa. Ada agenda penting dalam balapan tersebut yaitu pesan untuk tetap maju dan berkembang di era modern beriringan dengan pelestarian lingkungan.

Melalui Forumla E nanti, Jakarta bisa jadi cerminan bangsa Indonesia dimata dunia bahwa Indonesia belum habis setelah diterjang pandemi COVID-19. Tanah Betawi akan jadi sorotan lantaran jadi sentral sosialisasi penggunaan kendaraan listrik di Tanah Air. Maklum,  dari sisi infrastruktur dan ekosistem kendaraan listrik juga dinilai paling siap. Diharapkan nanti makin banyak masyarakat yang beralih menggunakan kendaraan listrik.

Ajang Formula E memberikan gambaran jelas bahwa Indonesia siap untuk menjelma menjadi salah satu negara maju dunia yang sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan yang tumbuh beriringan dengan inovasi dan teknologi.

Kampanye Lingkungan Lebih Baik

Iona Neilson, Senior Sutainability Manager FIA Formula E London, mengatakan ajang Formula E bukan hanya soal balapan mobil biasa,  melainkan bisa jadi kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya menjaga lingkungan hidup. Di ajang ini tidak ada emisi yang ditimbulkan. Para pembalap akan balapan menggunakan mobil listrik. Hal itu dianggap sejalan dengan misi Formula E yang meningkatkan kesadaran mengenai mobil listrik.

“Kami ingin meningkatkan kesadaran bahwa kendaraan listrik bisa mengurangi emisi yang turut membantu meningkatkan kualitas udara,” kata Iona.

Sirkuit Formula E Jakarta (Foto/Ist)

Alberto Longo, Chief Championship Officer sekaligus Co-founder Formula E, saat pengumuman Jakarta sebagai salah satu tuan rumah Formula E tahun ini, menyatakan balapan bebas emisi ini sangat sesuai dengan program Jakarta Langit Biru untuk mewujudkan udara yang bersih. Bahkan ajang ini menjadi satu-satunya green sportainment di Indonesia.

“Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengirimkan pesan bahwa menggeser kendaraan pribadi dengan transportasi umum dan mempromosikan penggunaan mobil listrik merupakan satu dari beberapa langkah yang akan ditempuh. Ini adalah upaya lintas generasi, dan Formula E akan membantu untuk merangkul partisipasi generasi muda dan para millennial,” kata Longo.

Perhelatan Formula E akan digelar di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Ancol, Jakarta Utara, 4 Juni 2022 . Dalam balapan mobil listrik ini, sebanyak 22 pembalap akan beradu cepat memperebutkan podium pertama. Ini jadi ajang olahraga internasional pertama di Jakarta pascapandemi COVID-19. PT Jakarta Propertindo (Perseroda) atau Jakpro ditunjuk jadi penyelenggara Jakarta EPrix 2022.

Sesuai dengan tema balapan yang mengusung keberlanjutan dan lingkungan, Jakpro selaku panitia penyelenggara juga mengutamakan penyeleggaraan ajang balap ini sesuai dengan tema tersebut. Ini bisa dilihat dari pembangunan sirkuit Formula E. “Formula-e di Indonesia ini akan menarik, kita lihat bahwa ini kan tema sustainbility yang kita tahu bahwa balap itu terhadap sustainbility memang jauh,” kata Irawan S, VP Infrastructure Department and General Affairs Jakarta E-Prix 2022 , belum lama ini di Jakarta.

Ajang Formula E di Indonesia terasa sangat spesial. Apalagi pada tahun ini juga bersamaan Indonesia memegang tampuk presidensi G20. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akan digelar di  Bali, pengujung tahun ini. Tentu Formula E sangat erat kaitannya dengan transisi energi yang dikampanyekan Indonesia dalam KTT G20 nanti. Hal itu juga yang membuat marwah gelaran Formula E di Jakarta jauh lebih tinggi dari sekedar balapan ataupun mencari keuntungan.

Pasokan listrik yang akan menopang seluruh kegiatan Formula E di Jakarta juga dipastikan merupakan listrik hijau atau yang berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT). Untuk mendukung ajang internasional tersebut, PLN telah mempersiapkan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) yang telah digelar sepanjang 6.8 Kilo Meter Square (KMS). Pembangunan gardu yang sudah mencapai 80 persen dan direncanakan selesai 100%  pada 25 Mei 2022. Total investasi untuk memenuhi kebutuhan listrik Formula E senilai Rp7 miliar.

Doddy B Pangaribuan, General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, mengatakan dari daya listrik yang dibutuhkan dalam ajang balap mobil listrik tersebut sebesar 7 MVA nantinya akan dipenuhi PLN dari energi bersih yang terjamin dalam produk Renewable Energy Certificate (REC).

“Melalui REC, PLN memastikan energi yang digunakan berasal dari pembangkit listrik berbasis energi terbarukan (EBT) yang diaudit oleh sistem _tracking_ internasional, APX TIGRs yang berlokasi di California, Amerika Serikat. Dengan begitu, penyelenggara Formula E dapat membuktikan eksistensinya dalam berkontribusi mengurangi emisi karbon dengan menggunakan energi yang berasal dari pembangkit EBT di Indonesia,” kata Doddy, di Jakarta, Senin (16/5).

Menurut Doddy, hal ini sejalan dengan program Pemprov DKI “Jakarta Langit Biru” untuk mendukung terciptanya udara bersih di Jakarta. Target Jakarta menjadi kota nol emisi pada 2050, dimulai dengan transportasi bebas emisi, berkelanjutan dan sistem transportasi terintegrasi. Penyelenggaraan Formula E bertujuan mengkampanyekan udara bersih Jakarta.

“Kami siap mendukung penyelenggaraan Formula E dengan energi ramah lingkungan, bebas polusi dan suara dari produk energi terbarukan,” ujar Doddy.

Ahmad Sahroni, Ketua Penyelenggara Formula E Jakarta, menegaskan balapan mobil listrik di Jakarta nanti tidak bisa dilihat hanya dari sisi ekonomi. Tapi ada pesan khusus yang ingin disampaikan Jakarta serta Indonesia tentunya kepada seluruh dunia bahwa Indonesia siap untuk bersama tumbuh melestarikan lingkungan melalui penggunaan kendaraan listrik.

Selain itu posisi Indonesia juga bisa disejajarkan dengan negara-negara maju lainnya yang sama-sama menggelar Formula E. “Jadi, Indonesia bisa sejajar dengan negara yang menyelenggarakan perlombaan sama seperti Jerman, Korea Selatan, hingga Kanada,” ungkapnya.

Sementara itu, Widi Amanasto, Direktur Utama Jakpro, menyatakan Formula E bisa jadi strategi ampuh untuk mempromosikan Indonesia dan Jakarta pada khususnya kepada masyarakat dunia akan potensi yang dimiliki Jakarta atau Indonesia. Berbagai manfaat nantinya bisa dipetik dari perhelatan Formula E, khususnya untuk ekonomi dan citra pariwisata.

“Kami ingin masyarakat dunia menyaksikan kemajuan Indonesia, sehingga mereka tanpa ragu berkunjung ke Indonesia, baik sebagai turis maupun investor” kata Widi. (RIO INDRAWAN)