JAKARTA – Baru-baru ini Presiden Joko Widodo menyindir Pertamina agar segera merealisasikan janji peningkatan produksi minyak di blok Rokan. Tidak tanggung-tanggun, Jokowi meminta Pertamina bisa memproduksi minyak setidaknya 400 ribu barel per hari (BPH). Untuk bisa merealisasikan permintaan presiden tersebut salah satu cara yang diyakini paling memungkinkan bisa membantu mewujudkan target tersebut adalah melakukan Chemical Enhanced Oil Recovery (EOR).

Benny Lubiantara, Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, menjelaskan tahapan dalam proses EOR, terlebih dengan menginjeksikan cairan kimia (Chemical EOR) kedalam reservori memang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain kebutuhan dana yang tidak sedikit, teknologi serta pengalaman juga jadi kunci. Untuk bisa mengakselerasi proses persiapan chemical EOR yang ditargetkan bisa dilakukan di blok Rokan, maka Pertamina selaku operator di sana sangat membutuhkan mitra yang memang sudah berpengalaman dalam melakukan chemical EOR. Akan sulit bagi Pertamina untuk implementasikan EOR tanpa kehadiran mitra yang berpengalaman.

“kedepan perlu PHE berpartner dengan mitra yang berpengalaman dengan EOR karena investasinya sangat besar sehingga potensi eor yang cukup besar tersebut memang bisa segera direalisasikan, kalau sendiri memang terlalu berat tapi kalau nanti kedepan ada partner paling tidak bisa mempercepat karena oer tahapanya panjang, kalau nanti ada partner itu bisa di akselerasi,” kata Benny disela konferensi pers SKK Migas, Rabu (18/1).

Salah satu yang jadi tantangan terbesar dalam chemical EOR di Rokan adalah penggunaan cairan kimia itu sendiri. Hingga kini Pertamina belum memiliki kimia yang pas untuk diinjeksikan. Sementara kandidat cairan kimia yang ada formula pembuatannya hingga kini masih dikuasai oleh Chevron Oronite. Anak usaha Chevron itu memang diketahui telah lama melakukan persiapan chemical EOR di Rokan sampai akhirnya ternyata pemerintah memilih tidak berikan kelanjutan kontrak ke Chevron dan memberikan kontrak pengelolaannya ke Pertamina.

Menurut Benny, untuk jangka pendek memang sulit untuk bisa meningkatkan produksi blok Rokan secara signifikan. Selain EOR yang memerlukan waktu cukup lama, satu cara lain yang diyakini bisa jadi alternatif adalah pengelolaan lapangan Migas Non Konvensional (MNK) yang ada di blok Rokan.

“Rokan dalam jangka pendek belum keliatan tapi dalam jangka panjang ada potensi seperti mnk tapi kita masih perlu buktikan dulu benar atau tidak MNK bisa berkontribusi signifikan dan ini bisa ditentukan dengan dua sumur yang bisa dibor di tahun 2023 itu akan sangat menentukan bahwa MNK ini akan berkontribusi tidak nantinya terhadap produksi di Rokan,” jelas Benny.

Untuk MNK, Pertamina telah memiliki calon mitra paling kuat yakni EOG Resources dan diketahui kolaborasi keduanya hampir dipastikan akan terjadi apabila hasil pemboran awal dua sumur MNK di Rokan menunjukkan hasil positif. “Salah satu kuncinya adalah perlu investasi besar, mnk kemungkinan akan berpartner dengan perusahaan yang paham MNK,” ujar Benny. (RI)