JAKARTA – Sektor hulu minyak dan gas bumi di Indonesia masih prospektif apalagi jika kegiatan eksplorasi bisa dioptimalkan. Kebijakan pemerintah melalui regulasi yang memberikan insentif fiskal dan perizinan sangat diperlukan untuk memudahkan atau memberikan peluang bagi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) mendukung peningkatan produksi migas.

Demikian terungkap dalam Sharing Session “Mempersiapkan Karier di Industri Hulu Migas Bagi Profesional Wanita” dalam rangka peluncuran e-book Srikand-Srikandi Migas; Kiprah Perempuan BPST-EP 1 Megabdi untuk Negeri, Jumat (15/7). Srikandi BPST-1 Pertamina yang hadir dalam kesempatan tersebut adalah Ira Miriawati, Lindy F Rotinsulu, Luky Hidayati, Meidawati, Nugrahani Pudyo, dan Rafida Zakaria.

Ira mengatakan ke depan agar produksi migas bisa dijaga dan lebih baik, harus dilakukan kegiatan eksplorasi sampai ada temuan baru. Hingga saat ini kegiatan eksplorasi terus dilakukan untuk menemukan Banyu Urip-Banyu Urip lain.

“Tentunya untuk menaikkan produksi harus dilakukan dengan primary, secondary, dan tertiery. Harus melakukan pengeboran masif, pemilihan basin-basin yang bagus. Tidak boleh lupa untuk tetap melakukan relief dan geofisika. Tetap jangan lupa lakukan study GGR untuk mendapat jumlah sumur yang efisien,” kata Ira.

Luky mengatakan, kegiatan eksplorasi memerlukan investasi cukup besar ditambah harus mendapatkan berbagai perizinan, antara lain analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Hal ini menjadi penghalang KKKS untuk mendapatkan temuan baru. “Keberadaan SKK Migas sebagai pengawas, jangan kaku. SKK Migas sudah banyak improvement, aturan sudah disesuaikan dengan saat ini,” kata Luky.

Hal senada diungkapkan Meidawati. Mantan Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) itu mengatakan, dalam keadaan apapun harus ada kegiatan eksplorasi, karena konsep eksplorasi adalah mengganti apa yang sudah diproduksikan.

“Saya optimsitis itu ada, tapi kembali lagi prioritas dalam mengelola lapangan-lapangan. Ada faktor-faktor di luar kontrol kita,” kata dia.

Meidawati menjelaskan, pengelolaan lapangan migas ada faktor teknis dan ekonomis, yang keduanya harus masuk. “Mengelola lapangan migas sangat berisiko tinggi, ada faktor diluar kontrol kita. seperti harga minyak dunia, nilai tukar,” katanya.

Lindy F Rotinsulu mengakui bahwa kegiatan eksplorasi masih harus ditingkatkan. Apalagi saat ini dengan peralatan software yang lebih canggih, Perwira Pertamina memiliki tangga untuk meraih low hanging fruit yang lain. Apalagi banyak cekungan (basins) yang belum dieksplor.

“Dengan peralatan canggih saat ini masih ada harapan, potensi menemukan Banyu Urip yang lain. Dalam masa pandemi seperti di Andaman, itu membuktikan bahwa tidak ada keterbatasan. Saya masih optimistis, barangnya masih ada,” tegas Lindy.

Sementara itu, Nugrahani Pudyo, mengakui keberhasilan eksplorasi di Indonesia cukup tinggi, namun belum mampu menemukan cadangan sebesar Banyu Urip. “Tantangannya, kita eksplorasi ke arah Barat, Indonesia Timur kurang. Bukan berarti tidak ada usaha, ada banyak oil company melakukan eksplorasi di Wilayah Timur, tapi banyak yang gagal,” kata dia.

Nugrahani menegaskan masa depan industri migas ada di eksplorasi dan Pertamina. Apalagi Pertamina telah mengambil alih pengelolaan sebagian besar blok produksi yang telah berakhir kontraknya.

“Pertamina punya tanggung jawab besar karena setiap blok produksi yang diambil Pertamina ada komitmen kerja pasti,” kata dia.

Menurut Nugrahani, sedikit sekali blok-blok eksploitasi yang melakukan kegiatan eksplorasi. Itulah yang menjadi tantangan bagi Pertamina untuk melakukan kegiatan sesuai Komitmen Kerja Pasti.
“Masih banyak peluang. Kita masih punya banyak blok, banyak basin, banyak kemungkinan keberhasilan di Indonesia Timur,” kata dia.

Mantan Kepala Divisi Eksplorasi SKK Migas itu menambahkan meski blok sudah tua, ada potensi. Untuk itu, tetap harus eksplorasi basin-basin yang belum terkelola dengan baik.
“Kita harus undang oil company dari luar untuk eksplor, pemerintah harus berikan insentif,” tegasnya.

Rafida Zakaria mengatakan ke depannya, pengeboran harus terus ditingkatkan dan workover sumur harus dikerjakan kembali, namun dengan HSSE yang tepat dan sesuai data yang diperoleh. “Sekarang Pertamina sudah ada Pertamina Hulu Mahakam, Cepu, sudah dibagi blok-blok. Lebih terkonsentrasi. Semoga bisa tercapai targetnya. Fokus pada bagian masing-masing bagian,” kata dia. (RA)