PROBOLINGGO– Limbah debu atau fly ash bottom ash (FABA) hasil pembakaran batu bara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dikelola PT PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Paiton di Desa Bhinor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur memberi efek berantai (multiplier effect) positif bagi masyarakat dan pelaku bisnis. FABA dapat memberikan nilai ekonomi dari hasil pemanfaatan limbah tersebut untuk berbagai hal di sektor konstruksi, infrastruktur, pertanian, dan lainnya.

Agus Prastyo Utomo, Senior Manager PLN NP Unit Pembangkitan Paiton, mengatakan banyak manfaat dari FABA, salah satu paling memungkinkan secara keekonomian adalah bahan konstruksi. Hal ini yang mendorong PLN NP Unit Pembangkitan Paiton untuk memanfaatakannya, termasuk untuk masyarakat. Selain sebagai salah satu strategi mencapai target dekarbonisasi (net zero emission) pada 2060 atau lebih cepat, pemanfaatan FABA telah menjadi sumber daya ekonomi sirkuler untuk dioptimalkan bagi kemaslahatan bersama.

Menurut Agus, FABA yang berasal dari Unit 1 dan Unit 2 serta Unit 9 PLTU yang dikelola PT PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Paiton itu selain digunakan mandiri, juga dialokasikan untuk pabrik semen, ready mix, pre-cast, dan ash yard untuk program tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility), pabrik, UMKM, dan industri lain. “FABA bisa dimanfaatakan menjadi paving, batako, pengecoran jalan desa, dan sebagainya,” ujar Agus di kantornya, Jumat (1/12/2023).

Dia menjelaskan, FABA dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat, UMKM hingga instansi karena FABA sudah dikeluarkan dari kategori limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). PLTU Paiton membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan FABA menjadi produk bernilai guna tinggi di antaranya sebagai campuran dalam industri konstruksi dan infrastruktur. “FABA bukanlah limbah B3 sehingga dapat diolah dan memberikan banyak manfaat”, ujarnya.

Salah satu manfaat FABA adalah untuk pengembangan rumah tahan gempa. Kata Agus, PLTU Paiton bersinergi dengan beberapa perguruan tinggi, termasuk Institut Teknologi 10 Noveber Surabaya (ITS), menyosialisasikan penggunaan FABA untuk rumah tahan gempa. Salah satu rumah contoh tahan gempa dengan bahan baku limbah debu hasil pembakaran batu bara dari PLTU Paiton yang dikembangkan Bumdes “Bakti Raharjo” di Desa Sumberejo, Kecamatan Paiton. “FABA-nya kami free, mereka menyediakan tenaga saja. Total FABA yang digunakan 28,7 ton,” katanya.

Inovasi rumah tahan gempa yang berasal dari FABA PLTU Paiton memiliki potensi untuk merambah ke daerah-daerah lain. Hal ini juga membuka peluang bagi peningkatan kualitas hunian masyarakat secara berkelanjutan. Dunia Energi melihat dari dekat rumah contoh tahan gempa berukuran 6X6 meter yang dinding dan lantainya terbuat dari FABA. Dinding rumah tersebut sangat kokoh. Lantai keramik putih dilapis coran berbahan FABA.

Slamet Haryadi, Ketua Bumdes “Bakti Raharjo” mengaku senang atas bantuan gratis FABA PLTU Paiton untuk Bumdes-nya. Apalagi, Bumdes pun mendapatkan pelatihan dari dosen/peneliti ITS terkait optimalisasi pemanfaatan FABA untuk pembuatan paving blok, batako, dll. “PLTU Paiton memberikan bantuan alat untuk pembuatan paving blok dan batako. Alhamdulillah, bagi kami ini sangat berharga sekali untuk prospek ke depannya,” jelas Slamet.

Abdul Azis, Asisten Manajer Lingkungan PLN NP PLTU Paiton, mengatakan PLTU Paiton berkomiten dalam mengelola dan mengolah FABA sekaligus sebagai upaya dalam menjaga lingkungan. FABA menjadi inovasi sosial yang berperan penting dalam mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi pengolahan limbah di lingkungan PLTU. “Pemberian pelatihan, diharapkan dapat menaikkan tingkat ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasi PLTU Paiton,” katanya.

Selain paving, batako, FABA dari PLTU Paiton juga dapat digunakan untuk jalan desa. Pada Januari lalu, FABA dari PLTU Paiton dimanfaatkan untuk jalan desa sepanjang 600 meter dengan lebar 2,5 meter dengan standar mutu berdasarkan hasil pengujian dari ITS, setara beton K250. Komposisi bahan yang digunakan aadalah fly ash 21,7%, bottom ash 40,8%, semen 10%, pasir 14,4%, dan kerikil 13,1%. “Total FABA yang digunakan 383 ton,” jelas Agus.

Perbedaan fly ash dan bottom ash terletak pada ukuran dan karakteristiknya. Kendati keduanya berasal dari hasil proses pembakaran batu bara, bottom ash memiliki ukuran yang lebih besar daripada fly ash yang berukuran lebih halus sehingga bottom ash disebut sebagai abu yang “terendapkan” dan fly ash disebut sebagai abu terbang.

Agus juga menyebutkan, fly ash PLTU Paiton juga digunakan untuk Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur sepanjang 370 meter dengan lebar 3,5 meter dan ketinggian 0,17 cm. Komposisi fly ash cukup tinggi tinggi, mencapai 62% dan bottom ash 8% serta semen dan pasir masing-masing 15%. “Total FABA yang digunakan mencapai 160 ton,” katanya.

Total kapasitas terpasang PLTU Paiton yang dikelola PLN NP menapai 1.460 megawatt. Pembangkit ini memasok 5% terhadap kelistrikan di sistem Jawa Bali dengan co-firing biomassa lebih dari 6%. Pada 2022, total produksi listrik mencapai 7.428 GWh.  (DR)