JAKARTA – Kondisi tidak terduga berupa banjir yang terjadi di sekitar wilayah Blok Rokan ternyata memberikan dampak yang cukup besar terhadap produksi minyak nasional. Berdasarkan laporan Pertamina kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), ada lebih dari sekitar 300 sumur minyak harus berhenti berproduksi sejak awal tahun 2024.

Hadi Suryopipuro, Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menjelaskan dengan sangat terpaksa awal tahun ini sumur-sumur minyak di Rokan harus di shutdown. Alasan utama tentu saja keselamatan.

Menurut dia bencana banjir benar-benar tidak diprediksi sebelumnya. Hal itu membuat para kontraktor memilih untuk mementingkan keselamatan para pekerja. Untungnya sumur-sumur tersebut kini sudah berangsur beroperasi normal karena banjir juga sudah surut.

“Awal tahun banjir paling parah terjadi blok Rokan, banyak sumur di shutdown karena masalah safety, kalau tidak malah bahaya,” kata Hudi saat bincang-bincang bersama di Jakarta, Selasa (23/4).

Menurut Hudi diawal tahun entry point produksi minyak sangat positif yakni mencapai 594 ribu barel per hari (bph) tapi sayangnya itu tidak bertahan lama karena adanya bencana banjir di Rokan. “Entry point kita itu 594 ribu bph. Sedikit sekali dibawah WP&B 596 ribu bph. APBN 635 ribu bph. Kalau sekarang ya sekitar 570,” ujar Hudi.

Namun demikian SKK Migas optimistis produksi masih bisa dikejar dengan adanya tambahan proyek baru yang rampung serta makin bertambahnya sumur-sumur produksi yang sudah bisa beroperasi. “Sudah reaktivasi dan mulai menggeliat dari posissi terakhir 576 ribu BPH. Kalau bisa dorong terus, month to date 580 ribu BPH,” kata Hudi.