JAKARTA – Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengandalkan Lapangan Banyu Urip,  Blok Cepu sebagai kontributor terbesar produksi minyak nasional. Namun lapangan yang dikelola  Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) itu ternyata akan segera mengalami penurunan produksi.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), meminta para pihak, terutama.manajemen EMCL untuk segera mencari solusi terhadap potensi penurunan produksi minyak yang akan lebih cepat dari yang diperkirakan.

“Untuk itu saya menghimbau EMCL yang dikenal memiliki teknologi dan sumber daya handal, untuk segera mencarikan solusinya sehingga penurunan produksi ini dapat diundurkan kembali,” kata Arifin, belum lama ini.

Arifin masih optimistis Lapangan Banyu Urip tetap menjadi andalan produksi minyak nasional. “Potensi wilayah kerja tersebut masih ada, sehingga usaha keras layak untuk dilaksanakan,” tegas Arifin.

Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan koordinasi sudah dilakukan dengan EMCL untuk menahan laju penurunan produksi yang diperkirakan akan lebih cepat. Bahkan dari kajian yang ada penurunan produksi sudah terjadi pada tahun ini. “Namun ini lebih cepat beberapa bulan dari yang diperkirakan, yakni di pertengahan 2021,” kata Julius.

Dari hasil kajian penurunan produksi diakibatkan oleh kondisi bawah tanah (subsurface) terkait well deliverability yang sudah turun. Penyebabnya, di antaranya air yang mulai keluar pada beberapa sumur, kemudian kenaikan rasio gas terhadap minyak (gas oil ratio/GOR) terkait kapasitas penanganan gas, serta adanya downhole restriction di beberapa sumur lantaran scale up atau terjadinya mechanical failure seperti surface control subsurface safety valve (SCSSV) yang tidak terbuka penuh.

“Saat ini sedang kami close monitor sebagai bagian dari excellence reservoir management yang selama ini dilakukan oleh EMCL,” ungkap Julius.

SKK MIgas bersama dengan kontraktor tengah melakukan kajian, survei, dan well maintenance untuk mengatasi laju penurunan Blok Cepu itu. “Kami lakukan optimasi untuk menurunkan laju penurunan yang ada,” kata dia.

Saat ini produksi minyak dari Blok Cepu tercatat sekitar 210 ribu-215 ribu barel per hari (bph) dengan kontribusi lapangan Kedung Keris 10 ribu bph. Sisanya diproduksikan Lapangan Banyu Urip.

Berdasarkan data SKK Migas, produksi minyak Blok Cepu ditetapkan sebesar 219,86 ribu bph dan gas 55,16 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Target tersebut naik tipis dari realisasi produksi minyak tahun lalu yang sebesar 218.194 bph. Di tahun ini, Blok Cepu berkontribusi hingga 30% produksi minyak nasional yang ditargetkan sebesar 705 ribu bph.

Azi N. Alam, Vice President Public and Government Affairs Exxon Mobil Indonesia sebelumnya mengungkapkan, sesuai rencana pengembangannya (plan of development/POD), periode puncak produksi Lapangan Banyu Urip direncanakan sekitar dua tahun dengan rata-rata produksi tahunan 165 ribu bph. Namun, sejak memulai operasi fasilitas, Banyu Urip telah mencapai produksi puncak 225 ribu bph selama sekitar lima tahun.

“Dengan kata lain, laju produksi telah meningkat sebesar 30% dari POD awal dan puncak produksi 3 tahun lebih lama dari perkiraan semula,” kata dia.

Azi mengakui bahwa produksi minyak Lapangan Banyu Urip akan mulai turun lantaran karakteristik alami dari reservoir yang umum berlaku di seluruh dunia. Untuk itu, pihaknya terus melakukan upaya berkelanjutan untuk mengoptimalkan produksi lapangan minyak itu.

“Exxon Mobil terus menjajaki opsi-opsi untuk mengoptimalkan produksi Blok Cepu secara aman dan andal, bersama SKK Migas dan para mitra kami,” kata Azi.(RI)