JAKARTA – PTT Plc, badan usaha milik negara Thailand,  memperkirakan pendapatan tahun 2020 turun lebih dari 10% karena dampak pandemi Covid-19 dan penurunan tajam harga minyak global. Namun demikian, perusahaan energi terintegrasi semacam Pertamina ini tetap menjalankan bisnis untuk memperluas dan mencari peluang baru di sektor non-energi.

Konglomerat minyak dan gas nasional Thailand menolak mengatakan apakah mereka akan mengalami kerugian di paruh kedua, setelah jatuh 1,5 miliar baht ke posisi merah pada kuartal pertama namun tetap mengantongi laba bersih 12 miliar baht pada periode April-Juni 2020.

Auttapol Rerkpiboon, Presiden dan kepala eksekutif PTT, menuding kerugian stok minyak mentah sebesar 35 miliar baht atas kinerja kuartal pertama yang tidak memuaskan.

“Hilangnya saham itu menyusul penurunan tajam harga minyak dan harga petrokimia yang berdampak pada bisnis energi,” kata Reekpiboon, seperti dilansir Bangkok Post, Rabu(19/8).

Minyak mentah yang dibeli perusahaan anjlok nilainya selama pandemi karena permintaan minyak menurun tajam.
Harga minyak mentah Dubai turun 38% menjadi US$ 40,60 per barel pada semester pertama tahun 2020 dari US$ 65,40 pada periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal kedua saja, harga turun 40% menjadi US$ 30,60 per barel dari US$ 50,70 pada kuartal pertama.

PTT mengalami penurunan pendapatan di kuartal kedua 2020 sebesar 29% menjadi 341 miliar baht tetapi masih menghasilkan keuntungan, terutama karena apresiasi baht dan beban pajak yang lebih rendah. Meski melambat, PTT akan melanjutkan rencana ekspansi dan investasi baru, tidak termasuk merger dan akuisisi.

PTT telah menyiapkan 50,3 miliar baht untuk investasi tahun 2020 dan sudah menghabiskan setengahnya.

“Kami mencari investasi baru dalam bisnis seperti logistik dan gaya hidup,” ujar Auttapol.

PTT juga tertarik untuk mengembangkan produk berteknologi tinggi untuk bidang ilmu hayati. PTT juga melihat potensi energi terbarukan dan berencana merevisi struktur bisnisnya di bidang ini pada akhir tahun guna meningkatkan kapasitas produksi listrik menjadi 8.000 megawatt dari 500MW.

Awal tahun ini, PTT menyetujui rencana investasi 180,8 miliar baht hingga 2025, tetapi akan menyesuaikan anggaran pada kuartal keempat.

“Perusahaan sedang melakukan studi kelayakan proyek tenaga surya di dalam negeri dan di Taiwan dan India,” tandas Auttapol.(RA)