Panas bumi, salah satu energi baru terbarukan yang sedang digenjot pemanfaatannya di Indonesia.

JAKARTA – Kinerja jajaran Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) sepanjang tahun lalu dinilai belum maksimal. Hal ini tercermin dari penyerapan anggaran di 2012 yang hanya mencapai 50,21 persen dari total penggunaan yang direncanakan.

“Penyerapan anggaran Ditjen EBTKE hanya 50,21 persen menunjukkan kinerja yang belum maksimal seperti yang telah direncanakan,” ungkap Sekretaris Ditjen EBTKE, Djadjang Sukarna, seperti dirilis situs resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Rabu, 23 Januari 2013.

Dia menjelaskan, dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, sebenarnya penyerapan anggaran bukan merupakan target alokasi anggaran. “Performance based budget lebih menitikberatkan pada kinerja daripada penyerapan itu sendiri,” tuturnya.

Hanya saja, sambung Djadjang, kondisi perekonomian  saat ini, variabel dominan pendorong pertumbuhannya adalah faktor konsumsi. Sehingga belanja pemerintah yang merupakan konsumsi pemerintah turut menjadi penentu pertumbuhan tersebut.

“Oleh karenanya pada tahun anggaran 2013 ini, kita harus mengambil langkah-langkah yang cepat dan tepat agar prioritas kegiatan yang telah disusun dapat terealisasi seiring dengan pengalokasian anggaran yang efektif dan efisien,”katanya.

Meski demikian, menurut Djajang berbagai target yang dicanangkan Ditjen EBTKE pada 2012 sudah terlampaui. Diantaranya pembangunan infrastruktur energi bidang panas bumi dan digester biogas yang sudah melebihi target.

“Pengembangan sumber energi baru dan energi terbarukan dalam rangka diversifikasi energi  yang berasal dari pemanfaatan BBN (bahan bakar nabati) pada BBM Transportasi, kapasitas terpasang total PLTP, PLTS dan PLT Biomassa meningkat sesuai target,”kata dia.

Sedangkan realisasi untuk jumlah wilayah kerja panas bumi (WKP), lanjut Djadjang,  yang telah ditetapkan pada tahun 2012 sebanyak delapan WKP. Pencapaian penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari proyek panas bumi, hingga triwulan IV 2012 juga telah mencapai nett operating income (NOI) dan bahkan mengalami peningkatan menjadi Rp 348 miliar.

“Untuk Desa Mandiri Energi (DME), realisasi melebihi target sebanyak 52 DME,”paparnya. Realisasi tersebut didapat dari pelaksanaan pembangunan delapan DME berbasis Non BBN, dan 44 DME berbasis BBN. Kemudian untuk program konservasi energi, jumlah industri dan bangunan gedung yang telah diaudit energi mengalami peningkatan, dan melebihi target.

(Iksan Tejo/duniaenergi@yahoo.co.id)