NEW YORK– Harga minyak berjangka naik tipis dalam perdagangan yang fluktuatif pada Senin atau Selasa (7/5) pagi WIB. Hal ini didorong meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran menyebabkan harga lebih tinggi setelah menyentuh tingkat terendah satu bulan, menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump bahwa dia mungkin akan menaikkan tarif barang-barang China.

Warta yang dilansir Xinhua menyebutkan, harga minyak mentah berjangka Brent naik US439 sen menjadi US$71,24 per barel. Patokan minyak global sebelumnya merosot ke US468,79 per barel, tingkat terendah sejak 2 April 2019.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat US$31 sen menjadi US$62,25 per barel. Tingkat terendah sesi WTI adalah US$60,04 per barel, terlemah sejak 29 Maret.

Pembelian tambahan dipicu setelah WTI menembus US$62 per barel di perdagangan sore, kata Bob Yawger, direktur energi berjangka Mizuho di New York.
AS sedang mengerahkan kapal induk dan satuan tugas pembom ke Timur Tengah untuk mengirim pesan yang jelas kepada Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan AS atau sekutunya akan bertemu dengan “kekuatan yang tanpa kompromi,” kata penasihat keamanan nasional AS John Bolton pada Minggu (5/5/).

Perkembangan di Timur Tengah tersebut mendorong premi risiko ke pasar.

Patrick Shanahan, Pejabat Menteri Pertahanan AS, mengatakan dia telah menyetujui pengiriman armada kapal induk dan pesawat-pesawat pembom ke Timur Tengah karena “ancaman yang dapat dipercaya oleh pasukan rezim Iran”.

“Anda melihat meningkatnya ketegangan geopolitik,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.

Harga turun pada awal perdagangan setelah Trump mengatakan di Twitter pada Minggu (5/5/) bahwa tarif barang-barang senilai US$200 miliar akan dinaikkan pada Jumat (10/5) menjadi 25%, membalikkan keputusan Februari untuk mempertahankannya pada 10% karena kemajuan dalam pembicaraan perdagangan.

Trump pada Senin (6/5) tampaknya membela pernyataan dia pada Minggu (5/5), mengutip defisit perdagangan antara Amerika Serikat dan China. “Maaf, kami tidak akan melakukan itu lagi!” cuit Trump.

Komentar tersebut mengkhawatirkan para investor tentang kemajuan pembicaraan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia dan memicu ketakutan bahwa ketegangan yang sedang berlangsung dapat mengganggu permintaan minyak global.

Geng Shuang, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan kepada sebuah konferensi pers pada Senin (6/5) bahwa delegasi China masih bersiap untuk pergi ke Amerika Serikat guna pembicaraan perdagangan.

Dalam industri minyak, ada tanda-tanda kenaikan lebih lanjut dalam produksi dari AS. Produksi minyak mentah telah melonjak lebih dari dua juta barel per hari (bph) sejak awal 2018 ke rekor 12,3 juta bph. (RA)