PRABUMULIH – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengaku terkejut dan kecewa dengan keputusan ConocoPhillips yang akan menjual aset-asetnya di Indonesian kepada Medco Energi Internasional (MEDC). Rencana penjualan tersebut tentu juga menyangkut pengelolaan blok Corridor yang saat ini dioperatori ConocoPhillips Indonesia. Blok Corridor juga merupakan salah satu blok dengan kontribusi besar produksi gas nasional.

Benny Lubiantara, Direktur Perencanaan SKK Migas, menyatakan tujuan diberikannya perpanjangan kontrak kepada ConocoPhillips di blok Corridor hingga tahun 2026 adalah agar operator bisa tetap berinvestasi di sana sehingga bisa menjaga level produksi saat alih kelola nanti.

“Terkait COPI (ConocoPhillips) ini sudah diperpanjang malah dijual, memang ya tujuan perpanjangan supaya investasi kalau diperpanjang dijual ngapain,” kata Benny ditemui Dunia Energi disela kunjungannya di P3 Prabumulih, akhir pekan lalu.

Menurut Benny, yang terjadi di blok Corridor akan jadi bahan evaluasi pemerintah dan SKK Migas saat memberikan perpanjangan kontrak kepada operator blok migas.

“Kedepan kita gamau seperti ini, mungkin ditambahkan apa supaya diperpanjang bisa langusng fokus investrasi bukan malah dijual,” tegas Benny.

Kontrak COPI di blok Corridor berakhir pada tahun 2023. Namun demikian pemerintah pada tahun 2019 telah memberikan perpanjangan kontrak kepada COPI hingga tahun 2026. Setelah itu pengelolaannya akan dilanjutkan oleh PT Pertamina melalui Pertamina Hulu Energi Corridor.

Kontrak bagi hasil Blok Corridor, akan berlaku 20 tahun, efektif sejak 20 Desember 2023 dengan menggunakan skema gross split. Pada 3 tahun pertama, operatornya adalah Conoco Philips dan selama 17 tahun berikutnya menjadi hak Pertamina untuk mengelola Blok Corridor.

Sementara itu Ahmad Miftah, General Manager Zona 4 Regional 1 Subholding Upstream Pertamina, mengungkapkan sampai sejauh ini belum ada pembahasan lebih lanjut terkait pengelolaan blok Corridor pasca keputusan COPI yang akan diakuisisi oleh Medco.

“Jadi ada peningkatan jadi 30% tentunya akan berupaya sebaiknya jadi operator, saya dengar Medco akan ikut pengelolaan memang. Tapi belum ada pembicaraan dengan medco tapi secara internal kita tetap koordinasi dengan Upstream Business Development (UBD),” jelas Miftah. (RI)