JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengawal betul proyek Abadi blok Masela agar tidak mengalami kemunduran dari jadwal yang sudah ditetapkan dalam revisi 2 rencana pengembangan atau Plan of Development (POD) yaitu mulai menyemburkan gas di kuartal IV tahun 2029 dan mulai pengapalan LNG di kuartal I tahun 2030.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, menegaskan jika proyek tersebut molor maka justru para kontraktor sendiri yang akan menelan kerugian yang jumlahnya tidak sedikit.

“Yang perlu kita sadari seandainya mundur kergian besar apa yang kita hadap dari sisi revenue. Ada potensi kehilangan revenue mencapai US$5 miliar atau kira-kira sebesar Rp 75 triliun itu per tahun,” kata Dwi dalam sesi kick off meeting PMT proyek Abadi di kantor Inpex, Kamis (28/12).

Tidak hanya itu, pembengkakan pada biaya proyek juga akan terjadi. SKK Migas memperkirakan jika satu tahun saja molor, maka biaya investasi membengkak sebesar US$1 miliar setiap tahun atau sekitar Rp 15 triliun. Itu saja belum termasuk membengkaknya biaya tenaga kerja.

Proyek Abadi Masela sendiri merupakan salah satu proyek gas terbesar yang pernah digarap di Indonesia dimana total biaya investasi diperkirakan mencapai US$20,9 miliar atau setara dengan Rp324 triliun. “Hampir 3 (tiga) kali lipat nilai investasi kereta cepat Jakarta-Bandung yang sekitar Rp 111 triliun,” ujar Dwi.

Dia pun meminta manajemen Inpex dan para konsorsiumnya untuk bergera cepat sejak awal tahun 2024 untuk mengejar berbagai persiapan sebelum menuju konstruksi proyek.

Sesuai dengan rencana proyek Abadi pada tahun depan manajemen akan fokus menyelesaikan akuisisi lahan, AMDAL, survey dan study untuk Front End Engineering Design (FEED), tender FEED serta peningkatan penjajakan terhadap potensi pembeli gas.

Untuk persetujuan biaya investasi atau Final Investment Decision (FID) ditargetkan diberikan pada tahun 2026 dan langsung dilanjutkan dengan konstruksi.