JAKARTA – Pelaksanaan Enhanced Oil Recovery (EOR) di blok Rokan harus terlaksana untuk meningkatkan produksi minyak di sana. Pasalnya, Blok Rokan merupakan penopang utama dalam mencapai target produksi migas di tahun 2030.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk meningkatkan produksi minyak Blok Rokan, salah satunya dengan mengimplementasikan EOR menggunakan zat kimia (chemical).

Menurut Arifin, setelah 97 tahun dikuras minyaknya, Blok Rokan masih memiliki sumber migas potensial untuk dikembangkan ke depannya.

“Pertamina harus melakukan pekerjaan pengeboran eksplorasi yang masif untuk bisa meningkatkan produksi lagi. Kemudian, kalau dulu ada program steam flood mungkin kedepannya ada chemical enhanced oil recovery (CEOR),” kata Arifin, Jumat (15/10).

Jaffee Arizona Suardin, Direktur Utama PHR menuturkan di Rokan terdapat Lapangan Duri yang merupakan salah satu lapangan injeksi uap (steamflood) terbesar di dunia yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan.

“Teknologi ini terbukti berhasil meningkatkan kinerja produksi Lapangan Duri lima kali lebih baik dibandingkan teknologi konvensional,” kata Jaffee.

Ke depannya, Pertamina juga telah merencanakan beberapa kegiatan EOR. Pada 2021-2025, Pertamina akan mengembangkan lapangan-lapangan primary, optimasi EOR injeksi air (waterflood), injeksi uap (steamflooad), dan formasi Telisa.

Kemudian, mulai 2023, perusahaan akan memulai waterflood di lapangan-lapangan baru dan area steamflood baru di Area 14 Duri. Pada 2025, pengembangan lapangan steamflood baru Kulin Stage-1 dan program EOR zat kimia (chemical EOR/CEOR) akan diinisiasi.

Sementara itu, Budiman Parhusip Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), selain EOR Pertamina juga akan agresif melakukan pengeboran guna mempertahankan produksi eksisting yang ada sekarang.

Untuk tahun ini, realisasi pengeboran sumur di blok migas ini masih sesuai dengan target, yakni sebanyak 161 sumur. Namun, pihaknya membutuhkan dukungan semua pihak untuk menjalankan rencana kerja masif dan agresif agar mencapai hasil yang diinginkan.

“Sejauh ini, PHR telah mengebor 57 sumur tajak dengan mengoperasikan 16 rig. Jumlah rig pengeboran akan terus ditambah untuk mendukung upaya pencapaian target,” ujar Budiman.

Sebelumnya, Pertamina menyebutkan jumlah pengeboran sumur pengembangan ini direncanakan naik menjadi 500 sumur pada 2022-2023 dan turun ke level 400 sumur pada 2024-2025. Selain itu, perusahaan juga merencanakan pengeboran eksplorasi sebanyak 2 sumur pada tahun depan, 4 sumur pada 2023, 2 sumur pada 2024, dan 3 sumur pada 2025.

Jumlah rig yang digunakan untuk pengeboran juga akan ditambah dari saat ini 9 rig, menjadi 17 rig di akhir tahun ini, dan mencapai 20 rig pada tahun depan. Rig untuk kegiatan kerja ulang (work over) dan perawatan sumur juga akan dinaikkan dari 29 rig pada tahun ini menjadi 35 rig pada 2022.

Dia pernah menjelaskan, perseroan menargetkan produksi minyak Blok Rokan naik menjadi 225 ribu bph pada 2025. Untuk mengejar target tersebut, kebutuhan investasi yang dalam lima tahun ke depan diperkirakan mencapai US$3 miliar.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, sampai Juli kemarin, produksi minyak Blok Rokan tercatat sebesar 160,5 ribu bph dan gas 41 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd). Produksi minyak tersebut berkontribusi sekitar 24 persen dari produksi minyak nasional. Per 1 Januari 2020, cadangan minyak Blok Rokan masih sebesar 350,73 juta stok tank barel dan 9,07 triliun kaki kubik.(RI)