JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berhasil meraih PROPER Hijau pada Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) tahun 2021. Dari 186 korporasi peraih PROPER Hijau, Vale Indonesia merupakan satu-satunya perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel yang sukses mendapatkan PROPER Hijau.

PROPER Hijau diberikan kepada perusahaan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan (beyond compliance), di antaranya implementasi reuse-reduce-recycle (3R) limbah, penerapan Life Cycle Assessment (LCA), penurunan beban pencemaran air, dan pemberdayaan masyarakat. Penilaian tahun 2021 memasukkan sejumlah kriteria tambahan, salah satunya sensitivitas dan daya tanggap terhadap kebencanaan sebagai respons terhadap pandemi COVID-19.

PROPER tahun 2021 sendiri diikuti sebanyak 2.593 peserta, terdiri atas 47 perusahaan (2%) Peringkat Emas, 186 perusahaan Peringkat Hijau (7%), 1.670 perusahaan Peringkat Biru (64%), 645 perusahaan Peringkat Merah (25%), nihil untuk Peringkat Hitam, dan 45 perusahaan sedang menjalani proses penegakan hukum atau tidak beroperasi (2%).

PROPER merupakan program tahunan penilaian kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang menjadi salah satu program unggulan KLHK yang dikembangkan sejak 1997 dengan tujuan mendorong tingkat ketaatan perusahan dalam pengelolaan lingkungan hidup dan mendorong inovasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan pemberdayaan masyarakat di area operasi.

Upaya PT Vale Indonesia dalam mendapatkan PROPER Hijau antara lain didukung oleh pengoperasian PLTA untuk menghasilkan nikel dalam matte berbasis energi terbarukan, pembatalan proyek konversi batubara demi menekan emisi karbon, kegiatan rehabilitasi lahan pascatambang dan reforestasi lintas-batas, fasilitas kebun bibit modern dan konservasi vegetasi endemik, pelestarian biodiversitas, keberadaan fasilitas pengolahan limbah dengan teknologi terkini, penerapan green building di sejumlah bangunan kantor, serta program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada kemandirian.

Berdasarkan data perusahaan, untuk tahun 2020 saja pengoperasian PLTA mampu mengurangi emisi sebesar 1.118.231 ton CO2 eq per tahun (dibanding PLTD), dan 2.292.375 ton CO2 eq per tahun (dibanding PLTU batubara). Kemudian ada Vale juga menginisiasi Power Shift yang diharapkan dapat berkontribusi untuk sekitar 40% rencana pengurangan jejak karbon.

Beberapa inisiatif tersebut antaran lain Automasi dan penggunaan kecerdasan buatan, system elektrifikasi terbarukan, dan penggunaan bahan bakar alternatif untuk kegiatan penambangan. Lalu Vale Indonesia membatalkan Coal Conversion Project 2, meskipun proyek tersebut berkontribusi menekan beban finansial Perusahaan hingga sekitar US$40 juta per tahun. Dengan membatalkan CCP 2, PT Vale dapat menghindari kenaikan emisi GRK sebesar rata-rata 200.000 ton CO2 eq per tahun.

Manajemen juga memutuskan untuk menggunakan 30% biofuel (BBN) Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebagai bahan bakar kendaraan operasional tambang.

PLTA yang digunakan Vale Indonesia (Foto/Dok/Vale Indonesia)

Komitmen manajemen dalam menjalankan kegiatan tambang berkelanjutan juga terlihat dari investasi yang digelontorkan baik untuk program pengembangan masyarakat maupun pelestarian lingkungan pasca tambang.

Untuk pemberdayaan masyarakat  Vale Indonesia telah bekerja sama dengan komunitas lokal dalam program pertanian dan perikanan sehat ramah lingkungan berkelanjutan, sekaligus melakukan pendampingan dalam pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Berbasis Herbal bagi masyarakat To Karunsi’e, To Padoe, To Tambee, To Taipa, To Weula, dan komunitas masyarakat lainnya. Perusahaan juga telah membangun infrastruktur penunjang kegiatan sosial dan ekonomi di Permukiman Dongi di Desa Ledu-Ledu, Kecamatan Wasuponda.

Kolaborasi dengan masyarakat juga terus didorong, misalnya Program Pengembangan Kawasan Perdesaan Mandiri (PKPM) bertujuan mendorong pengembangan kawasan perdesaan yang mandiri dan kompetitif. Pada tahun 2020, program dukungan pembiayaan Vale untuk Blok Sorowako mencapai US$1.3 juta yang diwujudkan melalui pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi personel Badan Kerjasama Antar-Desa (BKAD) dan Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma).

Vale juga memberi dukungan terhadap penanganan pandemi COVID-19 dengan keseluruhan bantuan senia sebesar US$2,6 juta. Membantu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sepanjang pandemi COVID-19 di empat wilayah pemberdayaan di Blok Sorowako, senilai US$17.244.

Vale melanjutkan Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong komunitas lokal untuk berpartisipasi secara aktif dan mandiri dalam menciptakan pengembangan masyarakat lokal yang berkelanjutan.

Aktivitas PPM juga mencakup dukungan infrastruktur. Biayanya mencapai US$1,6 juta atau 134% dari total anggaran 2020. Biaya Program PPM mencapai US$505,5 ribu untuk Blok Pomalaa, Bahodopi, dan Sua-sua yang difokuskan untuk menyelesaikan program 2019. Program PPM 2020 dilanjutkan di 2021.

Kemudian perusahaan juga menyalurkan bantuan kepada korban bencana banjir bandang di Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Bantuan berupa alat berat, tim Search and Rescue Team (SAR), dan logistik.

Rehabilitasi pasca tambang jadi fundamental utama dalam program pelestarian lingkungan Vale Indonesia. Dana reklamasi pasca tambang di 2020 sebesar US$4,16 juta. Mulai 2020, Vale juga melakukan kegiatan rehabilitasi lahan dan reforestasi lintas batas, di luar area operasional tambang.

Sepanjang tahun 2020 perusahaan merehabilitasi 176,24 ha lahan pascatambang, sehingga total keseluruhan lahan yang telah direklamasi seluas 3.021,44 ha. Manajemen berinisiatif meningkatkan komposisi pohon perintis lokal hingga 40% pada kegiatan revegetasi.

“Kami bersyukur atas capaian ini. Saya menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas dedikasi seluruh pihak yang terlibat dalam bisnis dan operasi PT Vale, juga atas dukungan yang diberikan para pemangku kepentingan. Prestasi ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus meningkatkan praktik dan komitmen lingkungan, sosial, dan tata kelola, demi membangun kehidupan yang lebih baik untuk semua,” ujar Febriany Eddy, CEO PT Vale Indonesia, Rabu (29/12).

Kegiatan tambang seimbang dengan pelestarian lingkungan (Foto/Dok/Vale Indonesia)

Doni Mordado, Komisaris Utama MIND ID, berharap agar masyarakat di kawasan bisa lebih sejahtera, sejalan dengan pertumbuhan PT Vale Indonesia.

“Pelibatan masyarakat juga sangat penting untuk mendorong keberlanjutan, terutama dalam pemulihan ekosistem. PT Vale Indonesia harus bisa menumbuhkan kesadaran kolektif agar masyarakat bisa tergerak untuk turut melestarikan lingkungan,” jelas Doni.

Menurut Doni, banyak perusahaan tambang yang mengabaikan komitmen rehabilitasi. Akibatnya, bencana alam seperti banjir bandang pun terjadi di sejumlah daerah. Sanksi administratif berupa pencabutan izin operasional menjadi usulan untuk dikenakan bagi perusahaan-perusahaan yang tidak berupaya serius dalam melakukan rehabilitasi lahan pascatambang. Untungnya itu tidak perlu diberikan kepada Vale Indonesia.

“Beberapa cara rehabilitasi inovatif dan efisien antara lain penerapan perlakuan khusus terhadap vegetasi sebelum lahan dibuka, budidaya Eboni yang saat ini menjadi tanaman langka, dan penanaman pohon endemik di awal musim hujan,” jelas Doni.

Eboni sendiri memiliki nilai ekonomi sangat tinggi dan menjadi material berkualitas untuk alat musik, furnitur, dan ornamen interior.  Tak hanya budidaya Eboni, mantan Pangdam XVI/Pattimura ini, juga menyarankan untuk turut membudidayakan  Bitti. Bitti merupakan jenis kayu unggulan Sulawesi Selatan yang sudah langka.

“Jika PT Vale Indonesia mampu membudidayakan tanaman khas Sulawesi selatan yang langka tersebut, saya pastikan perusahaan ini akan semakin dicintai warga bugis dan Makassar dan secara umum warga Sulsel. Karena telah mengembalikan kejayaan nenek moyang mereka, dengan membudidayakan dua tanaman tersebut ,” ujar Doni.

Sementara itu, Ma’Rauf, Wakil Presiden Indonesia menyatakan selama 24 tahun, PROPER telah berkembang menjadi platform bagi dunia usaha untuk menjalankan praktik bisnis berkelanjutan. “Dengan menerapkan prinsip ekonomi hijau,” kata Ma’Aruf. (RI)