JAKARTA – Awan kelabu terus menyelimuti PT Pertamina (Persero) sejak memasuki tahun 2023. Bagaimana tidak, rentetan insiden kecelakaan mewarnai bisnis Pertamina yang memang sarat akan risiko tinggi. Dari bisnisnya di sektor hulu hingga ke hilir terdapat korban jiwa di bisnis Pertamina sejak Januari hingga awal Maret ini. Terbaru cukup memilukan, tadi malam (3/3) terjadi ledakan disusul kebakaran di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang, Jakarta. Fasilitas BBM terbesar di jantung Ibu Kota Jakarta yang turut memakan korban jiwa dari kalangan masyarakat umum.

Jatuhnya korban jiwa di bisnis hulu Pertamina bermula di pada awal tahun di blok Rokan pada 18 Januari 2023 seorang pekerja mitra Pertamina Hulu Rokan (PHR)di lokasi rig sumur 5D-28 Kampung Minas Barat, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak.

Insiden selanjutnya terjadi di Adera Field, Pertamina EP. Lagi-lagi seorang pekerja mitra mengalami kecelakaan kerja dan meninggal dunia di sumur BNG-34 di Kabupaten PALI, Sumatera Selatan.

Tidak hanya di situ. Kecelakaan kerja juga kembali terjadi di blok Rokan akhir Februari lalu. Tidak tanggung-tanggung kali ini ada tiga pekerja mitra harus kehilangan nyawanya setelah terjatuh ke kontainer limbah. Ketiga korban merupakan pekerja dari PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI), subkontraktor PT PHR di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil).

Sementara di bisnis hilir Pertamina kejadian semalam boleh jadi merupakan salah satu yang terparah yang pernah dialami Pertamina. Hingga pukul 00.30 WIB tercatat sudah 17 nyawa melayang akibat kebakaran di TBBM Plumpang dimana dua diantaranya adalah anak-anak. Sementara tercatat juga 39 orang mengalami luka bakar termasuk diantaranya seorang anak.

Korban dirawat di beberapa rumah sakit seperti RS Tugu, RS Pelabuhan, RS Mulia Sari, dan RS Koja. Untuk korban meninggal, saat ini berada di Pos Koramil 1 Koja, Jakarta Utara.

Sangat wajar jika kini banyak pihak mempertanyakan komitmen perusahaan terhadap aspek Health Safety Security and Environment (HSSE). Dalam rentan 60 hari lebih ada setidaknya lebih dari 22 nyawa harus melayang dalam roda bisnis Pertamina.

Sejauh ini pihak holding Pertamina sebagai induk dari para subholdingnya belum juga mengeluarkan kebijakan atau terobosan masif untuk mengatasi persoalan HSSE ini.

Untuk kasus yang terjadi di Plumpang ini saja Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina akhirnya baru buka suara setelah dua tiga insiden kecelakaan kerja di bisnis hulu dia memilih bungkam.

Nicke pun diketahui pada Jumat masih berada di Jepang untuk menyaksikan pendatanganan kerja sama antara Pertamina New and Renewable Energy (NRE) dengan TEPCO HD, perusahaan asal negerui sakura untuk pengembangan green hidrogen.

Nicke turut mengucapkan keprihatinannya dan permohonan maaf atas kejadian ini, “Pertamina akan memberikan penanganan yang terbaik bagi masyarakat terdampak,” jelas Nicke dalam keterangan resmi Pertamina, Jumat malam (3/3).

Pertamina membentuk tim gabungan dengan PT Pertamina Patra Niaga, fungsi terkait dan aparat penegak hukum untuk menginvestigasi penyebab terjadinya insiden malam ini. “Kami akan melakukan evaluasi dan merefleksi menyeluruh di internal demi menghindari kejadian serupa terulang,” ungkap Nicke.

Erickt Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga baru berkomentar. Dia mengaku sudah berkomunikasi langsung dengan Nicke melalui sambungan telepon.

“Saya sudah telepon Dirut Pertamina. Yang terpenting saat ini bagaimana Pertamina bersama sejumlah pihak segera bisa memadamkan api dan menyelamatkan korban serta warga sekitar. Saya menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga korban. Kita semua sedih mendapatkan musibah ini,” ujar Erick.

Dia menegaskan peristiwa ini akan menjadi catatan penting bagi dirinya dalam mengevaluasi operasional Pertamina. Erick menilai evaluasi menjadi keharusan agar peristiwa seperti tidak terulang kembali di masa yang akan datang.

“Sekarang fokus kita adalah segera melakukan penanganan korban, dan mengantisipasi dampak yang ditimbulkan. Soal evaluasi, itu pasti akan dilakukan setelah nanti ada investigasi mendalam terkait kejadian ini,” kata Erick.

Lagi-lagi belasungkawa dan kesedihan diutarakan para pemangku kepentingan diiringi dengan janji manis evaluasi menyeluruh akan dilakukan.

Aspek HSSE di perusahaan migas seharusnya jadi salah satu tolak ukur apakah operasional di perusahana tersebut dijalankan dengan baik atau tidak.

Evaluasi menyeluruh serta penanganan terbaik terhadap korban kecelakaan pasti harus dilakukan dan itu juga yang menjadi janji jajaran manajemen setiap perusahaan sesaat setelah terjadi insiden kecekalaan kerja. Semua perusahaan juga bisa melakukan hal serupa, tapi yang jadi pertanyaan siapa kini yang harus bertanggung jawab atas berbagai insiden di Pertamina? (RI)