JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi, Subholding Upstream telah bergerak menuju Net Zero Emission melalui beberapa kegiatan, mulai dari upaya untuk carbon capture storage, efisiensi energi hingga mengimplementasikan energi ramah lingkungan di lapangan minyak dan gas.

Arya Dwi Paramita, Corporate Secretary PHE, mengatakan di lapangan migas, PHE sudah berupaya melakukan carbon capture storage dan telah diuji coba di Jati Barang. Selain itu, ada upaya penekanan emisi dari dampak operasi melalui efisiensi energi di banyak sektor. Harapannya, hal itu nantinya bisa berkontribusi terhadap penurunan CO2.

PHE, kata Arya, juga mengimplementasikan energi ramah lingkungan di beberapa lapangan, salah satu pilot project-nya yang sudah berjalan di Wilayah Kerja Rokan yang dikelola PT Pertamina Hulu Rokan. Nantinya, kegiatan tersebut juga akan dikembangkan di beberapa lapangan migas lainnya.

“Kesimpulannya adalah bagaimana PHE menjalankan operasi yang dekat dengan karbon, karena yang kami produksikan adalah hydrocarbon yakni minyak dan gas. tapi kami tetap berupaya untuk menjalankan green operation,” ujar Arya saat berbicara dalam webinar DETalk bertajuk “Green Leandership, Jalan Menuju PROPER” yang digelar Kamis, (19/1).

Selain Arya, dalam DETalk yang digelar Dunia Energi tersebut hadir sebagai pembicara Direktur Produksi PT Pupuk Indonesia (Persero) Bob Indiarto, Executive Vice President K3L PT PLN (Persero) Komang Parmita, dan Vice President Pengelolaan Lingkungan dan Penunjang Tambang PT Bukit Asam Tbk Amaruddin.

Arya menambahkan PHE juga telah membentuk sebuah organisasi yang disebut Komite Keberlanjutan yang juga telah dibentuk di seluruh perusahaan Grup Pertamina. Komite dan ekosistem yang dibangun itu merupakan wujud dari upaya untuk mendukung program pemerintah.

“Artinya untuk mendukung ini semua, PHE tentu tidak bisa jalan sendiri, namun bersama dengan stakeholder terkait untuk mwujudkannya,” kata dia.

PHE mencatat upaya penurunan emisi sepanjang 2022 melalui 49 kegiatan operasi hulu migas telah melampaui target yang ditetapkan hingga mencapai 126%. Ini langsung berkontribusi pada SDG’s13 dan SDG’s 7 yang terkait dengan climate change.

“Dan kami melaksanakan program terobosan. Jadi kalau masuk aspek PROPER Emas, program terobosan yang kami kedepankan adalah yang terkait langsung dengan industri kami dan yang kami juga bisa berikan sharing knowledge dengan kompetensi inti yaitu melalui Desa Energi Berdikari,” ungkap Arya.
PHE sebagai Subholding Upstream memberikan kontribusi 7 PROPER Emas dari total 20 PROPER Emas yang diraih PT Pertamina (Persero) pada 2022.

M. Denny T Silaban, Kepala Bagian Program, Evaluasi, Hukum dan Kerja Sama Teknik Direktor Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian LHK yang uga bertugas di Sekretariat PROPER, mengatakan pada 2022 memang cukup banyak PROPER Emas yang berasal dari industri migas, listrik, maupun tambang.

PROPER, kata dia, sudah berjalan hampir 20 tahun. Dari tahun ke tahun kriteria terus berubah yang menyangkut beyond compliance. Pada 2021 sudah memasukkan tools life cycle assessment.

“Perkembangannya cukup signifikan, dari segi industri 2022 banyak yang merah, tapi banyak industri baru yang belum concern. Kami punya target dalam pengelolaan lingkungan hidup itu bagaimana yang merah itu bisa berubah,” kata Denny saat menjadi keynote speaker mewakili Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian LHK Sigit Reliantoro.(RA).