Jaringan pipa minyak dan gas bumi di Indonesia.

Jaringan pipa minyak dan gas bumi di Indonesia.

JAKARTA – Seiring upaya pemerintah meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) Indonesia telah menjadi pasar yang menarik bagi investasi pembangunan jaringan pipa penyaluran hasil eksploitasi perut bumi tersebut.

Seperti terungkap dalam seminar “DNV GL Pipeline Day Jakarta 2013”, Jumat, 8 November 2013, Country Director DNV GL Indonesia, Roderick Swan menyebutkan, kontribusi Indonesia dalam total jaringan pipa adalah 5,2% atau 13.752,5 kilometer, dengan jalur pipa Natuna Timur-Filipina sebagai jalur pipa terpanjang.

Sebagai tambahan pada infrastruktur yang sudah ada, ujarnya, terdapat tujuh proyek besar pembangunan pipa, yang telah direncanakan mencapai 5.567 kilometer. Belum lagi pengembangan lapangan migas  offshore (lepas pantai) lainnya yang hingga saat ini sedang berlangsung. Seperti ekspansi untuk lapangan Tangguh, Gendalo-Gehem, dan pengembangan lapangan Jangkrik.

Pemerintah Indonesia juga telah mengembangkan roadmap untuk meningkatkan produksi gas nasional, yaitu dengan menargetkan pembangunan infrastruktur yang akan selesai pada 2016.

Sesuai  roadmap tersebut, belanja modal untuk pengembangan migas bawah laut di Indonesia, yang didalamnya juga termasuk aset-aset lain selain sistem jaringan pipa, diperkirakan tumbuh 360% dalam tiga tahun menjadi USD 2,2 miliar pada 2016, dari USD 620 juta di 2013.

Besarnya belanja modal yang direncanakan dalam roadmap Pemerintah Indonesia itu, menurut Roderick merupakan peluang sekaligus tantangan di industri migas. Belanja modal yang besar ini, harus dapat menjawab target pemerintah, yang mencanangkan produksi 1,24 juta barel setara minyak per hari pada 2014, dan penemuan cadangan ekonomis baru di wilayah timur Indonesia.

“Untuk itulah kami mempertemukan Anda semua dalam forum “DNV GL Pipeline Day Jakarta 2013” ini, guna membahas tantangan tersebut sekaligus menemukan solusi dalam mencapai target produksi migas nasional,” ungkap di hadapan sekitar seratus peserta seminar teknis tersebut.

Roderick pun mengaku, DNV GL telah siap mengawal target Pemerintah Indonesia itu, dengan berbagai keahlian teknis dan operasional terdepan yang dimilikinya, serta metodologi risiko dan pengetahuan yang mendalam akan industri migas.  

DNV GL sendiri merupakan salah satu pemain  besar dunia, dalam hal penyediaan teknologi dan inovasi, serta jaminan teknis pembangunan pipa lepas pantai (offshore). “Kami terbiasa memberikan rasa aman dan keyakinan bagi para pelanggan kami dalam mengambil keputusan bisnis,” tukas Roderick.  

Ia menambahkan, DNV GL yang berdiri sejak 1864, dan telah beroperasi secara global di lebih dari 100 negara dengan 16.000 tenaga profesional yang berdedikasi tinggi. “Kami berharap seminar teknis ini menjadi forum yang permanen, sebagai tempat bertemunya para pemain utama untuk saling berbagi ilmu dan mendiskusikan tren masa depan mengenai industri jaringan pipa dalam negeri,” ucapnya.

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)