JAKARTA – Alarm bahaya wajar dibunyikan mengingat makin memanasnya kondisi di timur tengah pasca saling serang antara Iran dan Israel. Ini disebabkan sebagai negara importir minyak mentah dan BBM, Indonesia sangat bergantung pada pasokan yang berasal dari timur tengah. Kondisi yang kian memanas bakal memicu kenaikan harga minyak mentah dunia yang juga tentu bakal berimbas ke keuangan negara.

Indonesia sebagai negara importir minyak mentah dan BBM melakukan impor dalam jumlah yang tidak sedikit untuk memenuhi kebutuhan.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan lebih dari 800 ribu barel per hari minyak mentah dan BBM didatangkan dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai sekitar 1,5 juta barel per hari.

“Kita impor crude (minyak mentah) ya kurang lebih 240 ribu barel per hari dari macam-macam, Arab Saudi, beberapa negara lain seperti Nigeria,” kata Arifin saat berdiskusi dengan media di gedung Ditjen Migas, Jumat (19/4).

Selain itu untuk BBM impornya juga tidak sedikit yakni lebih dari setengah juta barel per harinya. “Kemudian kita juga impor BBM ekuivalen kurleb 600 ribu barel per hari, dari singapura bisa ekspor BBM, kemudian dari malaysia, satu lagi dari India,” ujar Arifin.

Pemerintah kata dia sudah mulai menyusun skenario lain apabila minyak mentah ataupun BBM sudah mulai sulit didapatkan akibat memanasnya situasi geopolitik. “Ini kan juga harus mengantisipasi sumber-sumber supply untuk kilang-kilangnya singapura, kilang malaysia, sama kilang india,” ungkap Arifin. (RI)