JAKARTA – Meskipun harga batu bara mengalami penurunan, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM/ITMG) pada paruh pertama 2023 masih mencatatkan profitabilitas cukup baik dengan berhasil melakukan pengendalian biaya yang efektif dan tetap berkomitmen menjadi perusahaan tambang yang baik dan bertanggung jawab.
Pada paruh pertama tahun 2023, volume produksi ITM mencapai 8,2 juta ton, meningkat 6% dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian ini melampaui target, didukung oleh kondisi cuaca yang bersahabat dan manajemen operasional yang baik. Pada kurun waktu tersebut, ITM mencatat pendapatan bersih sebesar US$1,3 miliar, dengan laba kotor sebesar US$458 juta, dan marjin laba kotor sebesar 35%. EBITDA tercatat sebesar US$408 juta.

Harga rata-rata penjualan batu bara yang diperoleh Perusahaan pada paruh pertama tahun ini adalah sebesar US$130,6 per ton, turun dari US$175,1 per ton, sehingga menekan kinerja keuangan: Laba bersih ITM pada paruh pertama tahun ini turun 33% dari periode yang sama tahun lalu menjadi US$307 juta. Hingga akhir Juni 2023, total aset Perusahaan tercatat sebesar US$2,2 miliar dengan total ekuitas sebesar US$1,8 miliar. Sejalan dengan arus kas dan EBITDA, Perusahaan juga memiliki posisi kas dan setara kas yang solid sebesar US$1,0 miliar. Adapun laba bersih per saham dibukukan sebesar US$0,27 per saham.

Pada paruh pertama 2023, ITM membukukan volume penjualan sebanyak 9,9 juta ton yang dipasarkan ke Tiongkok (3,6 juta ton), Indonesia (2,2 juta ton), Jepang (0,9 juta ton), Filipina (0,8 juta ton), Thailand (0,5 juta ton) dan negara-negara lain di Asia Pasifik, dan Eropa. Untuk tahun 2023, Perusahaan menargetkan volume produksi antara 16,6-17,0 juta ton dengan volume penjualan sebesar 21,5-22,2 juta ton. Dari target volume penjualan tersebut, sebanyak 56% harga jualnya telah ditetapkan, 32% mengacu pada indeks harga batubara, sedangkan sisa 12% belum terjual.

Sesuai dengan rencana yang dipublikasikan oleh PT PLN (Persero), Pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebesar 20,9GW sampai tahun 2030 guna mendukung pencapaian nol emisi pada tahun 2060 di seluruh kepulauan Indonesia.
“Dalam upaya nyata mengambil bagian dalam bisnis energi terbarukan dan teknologi energi, ITM mendirikan PT ITM Bhinneka Power (IBP),” ungkap Mulianto, Direktur Utama ITM, dalam keterangan tertulis Rabu(16/8).

Dalam perkembangannya, IBP membentuk dua anak perusahaan, yaitu PT Cahaya Power Indonesia (CPI) yang fokus pada pengembangan atap panel surya untuk komersial dan industri, serta PT IBP Hydro Power (IHP) yang akan bergerak dalam bisnis energi terbarukan berbasis pembangkit listrik tenaga air di masa depan.

Bisnis terbarukan Perusahaan berfokus menyediakan pasokan energi yang efisien dan ramah lingkungan ke properti mitra usaha di area komersial. Di sektor industri, sejumlah proyek panel surya telah dibangun untuk pelanggan dari berbagai industri, yang pada gilirannya menambah portofolio energi surya Perusahaan. Sampai dengan paruh pertama tahun ini, ITM berhasil mendapatkan kontrak kumulatif mencapai 9,7MWp, di mana kontrak tambahan sebesar 1,0 MWp didapatkan pada kuartal kedua 2023. Dari jumlah tersebut, total kapasitas proyek yang telah atau sedang dikerjakan adalah sebesar 5,8 MWp.

“Secara internal, ITM juga terus mencari peluang dalam memanfaatkan sumber energi terbarukan sejalan dengan aspirasi kami: lebih hijau, lebih cerdas, sehingga menciptakan sinergi dalam kegiatan operasional,” kata Mulianto.

Dalam hal ini, IBP telah mengembangkan pembangkit hibrida surya PV di Bunyut guna mendukung operasi pertambangan ITM. Perusahaan telah menentukan arah strategis menuju bisnis terbarukan, yaitu bisnis pembangkitan energi, dan bisnis teknologi energi. Dalam hal pembangkitan energi, ITM berencana mengembangkan ladang surya di lokasi strategis sambil mempertimbangkan transisi dari diesel ke energi surya dengan dukungan BESS (Battery Energy Storage System). Perhatian lainnya adalah meningkatkan keterlibatan dalam proyek energi terbarukan yang sudah berjalan dengan bekerja sama dengan mitra berpengalaman.

Dalam hal bisnis teknologi energi, Perusahaan aktif mengembangkan produk berbasis energi surya guna memperluas kapasitas listrik terbarukannya. “Perusahaan akan menjelajahi potensi dalam teknologi energi dan prakarsa efisiensi energi. Selain itu, kerja sama strategis juga sedang dijajaki guna mendorong inovasi dan memperkuat ekosistem energi terbarukan yang ada,” kata Mulianto.(RA)